*HAPPY READING!
Satu Minggu kemudian ...
Jika biasanya setiap pagi rumah ini akan berisik dengan suara yang jelas akan membuat kepala siapa saja akan meledak. Hari ini justru berbalik 360°. tidak ada adu mulut, tidak ada rebutan hal-hal kecil yang selalu dilakukan Riri dan Ranesha. Atau, teriakan menggelegar Sora demi membangunkan Zen.
Pukul setengah tujuh tepat, semuanya sudah berkumpul di meja makan. Menikmati sarapan mereka masing-masing. Jihan mengernyit melihat pemandangan horor di sekitarnya. Apa-apaan? Mereka semua enggak lagi sariawan berjamaah kan? Mendadak kalem begini. Kalau untuk Kak Daisy sih Jihan enggak akan heran, sudah jadi kehidupan sehari-hari. Beda lagi dengan ke empat curut ini. Biasanya mereka selalu ribut di mana pun. Ada saja yang bisa mereka ributkan. Black hole saja bisa mereka jadikan konspirasi.
"Ehkm."
Sora mendongak sebentar, mengendik bahu tak acuh. Kembali menikmati sarapannya. Jihan mengerjap tak percaya melihat respon Sora.
"Kak."
Daisy yang ada di sebelahnya berdehem menanggapi. Perempuan itu melirik jihan sebentar sebelum kembali beralih dengan sarapannya.
"Kakak nggak ada kelupaan sesuatu gitu?" Jihan menopang dagu dengan posisi miring. Wajahnya menatap Daisy penuh harap.
Daisy memutar mata, kunyahan dimulutnya semakin menelan. "Ah, betul," ucapnya setelah nasi dalam mulut masuk ke kerongkongan. "Ada janji sama costumer setengah jam lagi." Daisy bangkit dari duduknya, meraih tas selempang di sofa ruang tamu. Meninggalkan Jihan yang sedang terpaku dengan wajah bloon.
Tunggu, tunggu, apa-apaan ini? Bukan itu jawaban yang dia inginkan. Apa semua orang beneran lupa sama hari ulang tahunnya? Yang benar saja. Awas aja kalau mereka berempat juga beneran lupa.
Brakk!
"Jadi kalian nggak ada yang inget?"
"Inget, oh, gua inget belum nyelesaiin presentasi buat hari ini." Sora bersorak panik, buru-buru menghabiskan sarapannya. "Zen, cepetan!"
"Apa? Kok gua?"
"Inget Zen lu masih dalam masa hukuman. Mau gue aduin sama kak Ichi? Sekalian nggak dapet jatah bulanan."
Zen mendengus. "Iya, iya, bentar gue ambil jaket di kamar dulu.
"Cepetan, gue tunggu di luar."
"Berisik."
"Ri, udah selesai sarapannya?"
Jihan yang sedang fokus melihat interaksi Sora dan Zen beralih, menatap dua bungsu itu. Apa lagi ini? Astaga. Kenapa semua orang di rumah ini aneh sekali? Masa enggak ada ada satu pun yang ingat dengan ulang tahunnya. Kejam sekali.
Jihan menjatuhkan kepalanya di atas meja. Sebelah pipinya menempel dengan tangan menggantung. Rumah sudah sepi, semua orang sudah pergi tanpa ucapan selamat ulang tahun untuknya.
Lupakan soal ulang tahun, lupakan soal ucapan, perayaan, atau apa pun itu. Jihan menendang pintu toilet dengan perasaan super jengkel. Karena insiden berharap tadi pagi, Jihan melupakan kelasnya. Dan alhasil dia telat lima menit. Oke, hanya lima menit. Kalau diibaratkan dosen itu baru masuk dan duduk di tempatnya. Kemudian Jihan datang. Tapi namanya juga dosen killer, mau satu detik pun tetap di anggap telat.
Dan sekarang Jihan berakhir di toilet, dia dihukum seperti anak SMA. Oh, sial sekali hidupnya. Hari ulang tahun bukannya dapat kado malah dapat hukuman.
***
"Silakan, maaf mengganggu waktu bapak." Daisy tersenyum tipis. Mempersilakan pria paruh baya dengan setelah kemeja abu itu untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
General FictionKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...