"Kita tidak bisa membiarkan dia berkeliaran begitu saja, itu berbahaya untuknya."
"Lalu? Harus bagaimana?"
"Awasi dia! Aku tidak ingin hal seperti di masa lalu terulang lagi."
"Baik, tapi jangan salahkan aku kalau dia jatuh hati padaku karena aku lebih peduli padanya dari pada kau."
"Jangan macam-macam!"
*
*
*Ceklek!
Bugh!"Awsh-"
"Astagfirullah hal adzim." Jihann berlari dengan panik, menghampiri orang yang baru saja terkena lemparan album foto darinya. Jihan benar-benar merealisasikan ucapannya beberapa saat yang lalu. Sayangnya dia salah sasaran.
"Ya ampun, sorry kak. Gua bener- bener nggak sengaja. Gua pikir tadi si Rane sama Sora."
Daisy mengangguk, tangannya mengusap dahi yang terasa berdenyut. "It's okay, di depan ada tamu nyariin lu."
"Siapa? Cowok, cewek?" Jihan mengernyit, perasaan dia tidak memiliki janji temu dengan siapa pun. Termasuk dengan Saga.
"Cewek, ramai. Katanya sih mau ngerjain tugas kelompok bareng.
"Kayaknya ada yang nggak beres." Jihan bergumam lirih dengan mata menerawang.
"Hm?" Daisy mengangkat sebelah alis. Menatap Jihan bingung.
"Gua nggak punya temen cewek di kampus, Kak. Hampir semua mahasiswi di kampus anggap gua musuh mereka."
"Itu artinya?"
"Mereka punya niat terselubung," ujar Jihan menimpali."
Daisy mengangguk paham. "Lu tetap di sini! Biar gua yang urus mereka." Daisy berbalik, meninggalkan Jihan yang belum sempat menyahut sepatah kata pun.
Jihan menggeleng. "Mampus, dah. Kena mental sampai ke ulu hati mereka," gumamnya menghempaskan tubuh ke atas kasur.
Daisy bersedekap dengan tubuh bersandar di dinding. Menatap beberapa mahasiswi yang saoing bercengkrama.
"Siapa yang memerintahkan kalian?"
Keenam mahasiswi itu menoleh secara bersamaan. Menatap Daisy yang sudah mengubah posisi tangan berada di saku jaket jeans miliknya .
''Maksud kakak apa ya? Kita di sini murni buat tugas kelompok kok.''ucap salah satunya dan diangguki yang lain.
"Pura-pura polos, huh?" Daisy menunduk, mensejajarkan wajahnya pada salah satu mahasiswi itu. Dengan kedua tangan bersedekap di dada. Senyum sinisnya terukir sebelum tubuhnya kembali berdiri dengan tegak. "Lain kali pastikan korban kalian lebih bodoh dari kalian," ucapnya kemudian melangkah menuju pintu utama. Daisy mendengar suara bel ditekan beberapa kali.
"Gila, aku hampir jantungan karena tatapannya. Mengerikan sekali." Mahasiswi itu menggeleng ngeri.
"Apa kita kabur saja dari sini?" Usul salah satunya.
"Mana bisa. Memangnya kau mau dijadikan makanan peliharaan Bos?"
Mereka kembali terdiam. Menghela napas masing-masing.
Di sisi lain, Daisy membuka Pintu. Matanya terpaku pada sosok pria yang sedang melambaikan tangan dengan senyum di bibir pulm padanya.
"Hai."
Daisy melengos, mengabaikan laki-laki yang beberapa hari lalu dia temui secara tidak sengaja.
"Astaga Daisy, jadi begini caramu menyambut tamu? CK, CK, CK."

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
General FictionKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...