🌼
🌼
🌼
Hujan mengguyur kota Jakarta. Sejak sore tadi, angin terus bertiup kencang diiringi suara petir yang begitu menggelegar. Hawa dingin menembus masuk melalui pintu kaca mini market yang sesekali dibuka pelanggan. Jihan mengusap lengannya yang terasa menggigil. Perempuan itu menatap luar dengan perasaan cemas. Shift nya bekerja sudah selesai setengah jam yang lalu. Namun, dikarenakan hujan yang terus mengguyur tanpa henti, membuat Jihan terkurung di mini market ini.
Jihan meraih dua buah minuman kaleng dan satu bungkus roti kacang, untuk dihitung.
"Totalnya Rp34.750,00," ucapnya seraya mendongak.
Jihan terpaku dengan wajah pias. Tubuhnya bergetar. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata.
"Hai, Nay. Long time no see."
Jihan tercekat, bahkan setelah laki-laki dengan Hoodie hitam tersebut keluar dari supermarket, perempuan itu masih bergeming di tempatnya.
"Mbak! Ini belanjaan saya kapan mau dihitung!"
Jihan tersentak. "Ah, maaf." Sesalnya.
Tangannya dengan cepat memindai satu persatu barang belanjaan untuk discan.
"Kalau nggak niat kerja. Nggak usah kerja," gerutu ibu-ibu berbadan gempal tersebut seraya merampas kantung belanjaannya.
Jihan menghela napas, memindai kembali belanjaan pelanggan selanjutnya. Sesekali, matanya melirik pelataran mini market. Di mana lelaki tersebut berdiri. Ketika pandangan mereka bertemu, Jihan buru-buru membuang pandangan.
Jihan menoleh ketika bahunya ditepuk pelan dari belakang.
"Biar gua yang gantiin," ucap salah seorang rekan kerjanya.
Jihan mengangguk, mundur dari meja kasir. Perempuan itu berbalik, menuju ruang istirahat pergantian shift.
Menghela napas, lagi. Jihan menatap langit-langit ruangan dengan perasaan gelisah. Jari-jemarinya saling bertautan. Hujan masih nampak mengguyur, walau tak sederas sebelumnya.
"Bagaimana bisa dia di sini," gumamnya resah.
Jihan menggigit bibir bawah, sesekali menatap pintu keluar.
Jonathan yang beru keluar dari toilet, mengernyit heran. "Ada masalah?" tanyanya setelah duduk di sebelah Jihan.
Mendapati gelengan lemah dari Jihan, semakin memperdalam kerutan di dahinya. Jonathan menatap Jihan, menelisik perempuan yang akhir-akhir ini berada di dekat sahabatnya.
Jonathan memalingkan wajah, menatap dinding. "Kalau ada sesuatu, cerita aja."
Kini gantian Jihan yang menatap Jonathan dari samping. Dia menghela napas pelan. Menggeleng pelan sebagai jawaban, lagi.
"Lu hari ini aneh."
Jihan hanya melirik sekilas, tak acuh. Pikirannya masih terpaku pada sosok ber-hoodie hitam tadi. Perasaan takut yang selalu dia pendam, kembali menguap bersamaan dengan bertemunya mereka kembali.
"Ya Tuhan, semoga dia enggak muncul dan mengorek luka lama," batinnya memejamkan mata
"Jihan."
Sentuhan lembut di punggung tangannya, membuat Jihan membuka mata. "Saga."
Laki-laki di hadapannya mengangguk. "Tumben nggak ada semangat. Capek banget, ya?" Saga mengulas senyum tipis. Mengusap rambut perempuan dihadapannya dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
Ficción GeneralKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...