"Arga!"
"Liona, kita sudah tidak ada hubungan apa pun. Secara negara, saya bukan lagi bagian keluarga Kusuma. Bahkan, dihari ketika saya tahu bahwa kalian dalang utama pembantaian hari itu." Dia menghela napas, menendang kerikil dihadapannya seraya melangkah menjauh.
Dulu, dia pernah berpikir untuk menjadikan perempuan itu separuh hidupnya. Membawanya kemanapun tujuan hidupnya. Namun, apa yang dilakukan Liona adalah satu kesalahan besar. Dia tidak bisa hidup dengan orang yang sudah menghabisi begitu banyak nyawa. Bahkan, mereka yang tidak bersalah pun ikut terkena imbasnya.
"Arga, tunggu! Dengar penjelasan ku dulu!"
"Li—"
"Diam!"
Laki-laki itu menghela napas kasar. Meneliti perempuan di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tidak ada yang berubah, kecuali perilakunya. Liona yang sekarang bukan Liona yang dia kenal dulu. Perempuan bak malaikat yang selalu tersenyum lembut, kini telah berganti dengan iblis penuh ego.
"Dengar! Aku melakukan semua ini supaya kita bisa bersama. Aku tau kamu masih punya perasaan sama aku, 'kan?"
Arga menggeleng, bibirnya mengulum senyum geli atas apa yang baru saja dia dengar. "Liona, sepertinya tidurmu terlalu miring. Jangan menghayal sesuatu yang tidak mungkin." Dia lantas berbalik, melangkah menjauh, meninggalkan Liona.
Liona membanting pintu mobil dengan keras, membuat seseorang di dalamnya terlonjak.
"Gagal!" Liona mendesis kesal. Menatap lurus ke depan.
"Kan udah gua bilang, dia nggak mungkin luluh lagi sama lu."
Mendengarnya, dia hanya mendengus. Mobil yang mereka tumpangi perlahan melaju menembus jalan kota Jakarta.
"Lu sendiri, gimana?" Liona menoleh, menatap Rangga—–adiknya yang tengah fokus menyetir. "Sukses?"
"Sedikit lagi. Gua tinggal pancing dia buat ketemuan sama gua. Dengan alasan untuk kepentingan orang yang dia cintai. Dengan begitu, mudah untuk menjebak dia masuk di perangkap yang sama."
Liona menggeleng, menyandarkan tubuhnya di jok penumpang. "Gua pikir, lu jauh-jauh ke Jakarta untuk memperbaiki hubungan tenyata—–"
Rangga sontak tertawa. Laki-laki itu menggeleng seraya memukul kemudi beberapa kali. "Lu lupa tabiat adik lu ini, Kak? Karna dia kabur dua tahun lalu, gua jadi gagal dapat komisi besar hasil jual dia. CK, CK."
"Dan gara-gara dia juga, gua babak belur ditangan para rentenir itu."
Rangga mendengus, menekan lebih dalam pedal gas. Mobilnya melaju berkali lipat dari sebelumnya. Menyalip beberapa pengendara dengan kecepatan tinggi.
"Gua tau lu kesal. Tapi jangan bawa-bawa nyawa gua dengan cara ugal-ugalan."
"Ada yang ngikutin kita."
Liona refleks membuka mata. Dia melirik melalui kaca spion. Dua buah mobil dan beberapa pengendara motor mengejar mereka. Di sisi lain, mobil yang dikendarai Chalisto melaju dengan kecepatan tinggi. Di sebelahnya Louis menarik pelatuk pistol. Menembak beberapa kali ke arah mobil yang ditumpangi Liona. Tiga tembakan mengenai ban mobil serta kaca bagian belakang. Para pengendara motor menyalip dengan cepat memblokir jalan, membuat Rangga membanting setir dan membuat mobilnya menabrak tiang listrik.
Asap mobil mengepul. Darah merembes melalui kening hingga ke batang hidung. Napasnya terengah-engah. Liona melirik Rangga yang sudah tidak sadarkan diri. Setelah dia menunggu begitu lama, dan seperti ini akhir dari perjuangannya.
Liona menggeleng. Tidak! Dia tidak akan biarkan siapa pun merusak rencananya. Dia sudah melangkah begitu jauh. Tinggal satu langkah lagi dia bisa menjadikan nama keluarga Kusuma satu-satunya nama yang di kagumi semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
Ficción GeneralKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...