Ketika jatuh cinta, manusia cenderung menjadi bodoh. Rela melakukan segalanya demi mencapai tujuan yang disebut sebagai cinta. Lupa cara menggunakan akal dan pikiran dengan baik.
Mereka yang sudah terlalu terjerumus, akan cenderung membenarkan segala bentuk perlakuan, meski pun bisa menimbulkan banyak kerugian.
Padahal, sejatinya cinta itu datang dalam keadaan bersih lagi suci. Hanya saja manusia yang terkadang membuatnya menjadi terlihat begitu buruk.
Kalimat terakhir yang keluar dari bibir Syella barusan, berhasil membuka jalan pikiran Xena. Dia memang kehilangan kesempatan berada di sisi saga. Tapi, bukan berarti dia rela ada orang lain yang mendapat kesempatan itu. Sungguh, dia tidak rela.
Untuk itu Xena sudah memutuskan untuk bertindak. Dia tidak akan tinggal diam dan menjadi penonton keharmonisan keduanya.
"Jadi, bagaimana?"
Xena mengangguk cepat. "Lu bener, Sye. Gua nggak akan tinggal diam. Mereka harus menerima rasa sakit yang gua rasain berkali-kali lipat," ucap Xena menggebu membuat Syella mengangguk dengan senyum puas.
Kalau begini, Syella juga akan mendapatkan keuntungan. Kalau Jihan mau pun Saga terluka, yang lain juga akan terkena imbasnya. Satu tepuk dua tiga lalat mati. Dia tidak perlu repot-repot mengotori tangannya untuk memberi Sora pelajaran. Biarlah, saudari kembarnya ini yang akan melakukannya. Demi cinta yang terdengar konyol.
Xena meraih ponsel di atas nakas, mencari nomor seseorang dan menghubunginya.
"Halo. Gua punya tugas buat lu. Cari semua informasi tentang Jihan Nayra. Jangan ada satu pun informasi yang terlewat. Waktu lu dua kali dua puluh empat jam. " Titahnya memutuskan sambungan secara sepihak.
****
Tiap-tiap kehidupan, pasti selalu ada jalan terjalnya. Hidup itu seperti puzzle, dan juga rollercoaster. Membuat kita berpikir dan juga cemas dalam waktu bersamaan.
Setiap detik yang dihabiskan, tidak luput dari masalah. Besar kecilnya hanya kita sendiri yang tahu. Apa yang dilihat orang lain belum tentu kebenaran yang sebenar-benarnya.
Sora menatap langit-langit kamar. Pikirannya melanglang buana, pada kejadian mengganjal yang dia lihat di pesta beberapa waktu lalu. Sora benar-benar penasaran, apa yang dibisikkan lelaki itu hingga membuat Daisy begitu shock.
Sora menghela napas kasar, ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Perempuan itu berdecak kesal. Hih! Mengganggu saja.
Sora mendelik ketika melihat siapa yang menelepon, dengan malas dia menggeser layar ponsel ke atas.
"Halo."
"Gua ada di depan rumah-"
"Hah!" teriak Sora panik.
Dengan tergesa, Sora melompat dari atas ranjang. Menuruni undakan tangga dengan tergesa-gesa. Tidak, tidak, Arga tidak boleh berada di sekitar rumah ini. Dia belum siap menjalani banyak interogasi dari kakak dan adiknya.
Sora meraup oksigen rakus. Menuruni udankan tangga dengan tergesa tentu membuat dia sedikit banyak kehilangan napas.
Sora kembali menempelkan ponselnya ke telinga. "Gua udah di bawah."
"Ra."
"Apa sih? Iya, iya, gua keluar sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
Fiction généraleKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...