CHAPT 37

1.2K 170 11
                                    

THE ICE PRINCE YOSHINORI



Hal pertama yang Yoshi lihat dan dengar ketika ia membuka mata adalah wajah cantik sang istri dan suara dengkuran halus yang keluar dari mulut gadis itu. Yoshi tersenyum, perlahan jemarinya bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Lucia. Kemudian ia mendekat untuk mencium kening gadis itu.

Lucia menggeliat pelan ketika merasakan sentuhan tersebut. Bukannya membuka mata atau berbalik badan, Lucia justru beringsut mendekati Yoshi hingga sebelah pipinya menempel di dada laki-laki itu.

Yoshi membatin Lucia pasti kelelahan. Semalam mereka mengerjakan proyek besar untuk menambah ahli waris. Harta Yoshi kan banyak, sayang banget kalau cuma di kasihkan ke Vale dan Jaeden doang. Selain itu juga gak mau nyia-nyiain visual.

Netra kelabu laki-laki itu bergeser menatap langit-langit kamar. Yoshi mengenang perjalanan hidupnya yang panjang hingga sampai di titik ini. Mungkin kalau bukan—kalau tidak menikah dengan Lucia, ia akan tetap menjadi seorang raja karena hal itu sudah tertulis secara pasti. Tapi tidak menjadi ayah dari dua anak keturunan dewa bernama Valerie dan Jaeden.

Sedikit tidak menyangka akan dirinya sendiri bahwa sekarang ia adalah seorang demigod. Hal itu sama sekali tidak pernah ada di pikiran Yoshi.  Jangankan menjadi separuh dewa, menikah saja Yoshi tidak pernah memikirkannya dulu.

Lelaki itu lantas menghela nafas, sinar matahari mulai mengintip dari balik gorden tebal di kamar itu. Yoshi harus segera memulai aktifitasnya, terutama melihat hasil keributan yang di buat oleh putrinya kemarin.

Sebenarnya saat insiden peledakan pot itu terjadi, sudah banyak dari pelayan ataupun penjaga istana yang melapor kepadanya. Hanya saja kemarin Yoshi memiliki banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Bahkan malam setelah menyelesaikan pekerjaannya, Yoshi tidak tergerak hatinya untuk melihat tempat kejadian perkara. Pikirnya ia bisa melihatnya besok siang, pasti akan terlihat lebih jelas bagaimana kacaunya halaman rings building itu.

******

Kepala Yoshi nyut-nyutan seketika melihat pecahan pot-pot setinggi dua meter itu berserakan di halaman rings building berserta tanamannya yang menghitam. Yoshi memijit pelipis dengan sebelah tangan.

Masih melekat di ingatan Yoshi ketika ia menanam pohon dan bunga langka itu dengan sang kakek, mendiang Raja Oakenshield. Sosok yang memberinya keistimewaan mata hitam ketika marah.

Dan Valerie dengan gampangnya, seperti tanpa dosa menghancurkan pot beserta tanaman di dalamnya. Anak itu hanya menyisakan satu pot yang masih utuh.

Yoshi memejamkan matanya sebentar sebelum berbicara pada Hugo.

"Bagaimana, Yang Mulia?"

"Pengrajin pot itu apa masih ada?"

Hugo mengangguk "masih Yang Mulia. Anda ingin memesannya disana lagi? Atau mencari pengrajin baru?"

"Memesan disana saja. Nanti sore kau kesana ajak Valerie."

Hugo terkejut "ya, Yang Mulia."

"Aku akan sedikit memberinya hukuman agar dia tidak semena-mena menggunakan kemampuan istimewanya, apalagi jika sampai merugikan seperti ini." Ujar Yoshi

"Baik, Yang Mulia." Hugo membungkuk hormat lalu mengikuti kemana Yoshi pergi.









Tok...tok...tokk

"Vale?!"

"Ya!"

Pintu besar itu lalu terbuka menampakkan sosok Yoshi yang berdiri tegak, sebelah tangan yang berada di kantung celana, serta wajah datar nan dingin. Lagi-lagi membuat kepercayaan diri Valerie menguap.

THE ICE PRINCE YOSHINORI [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang