CHAPT 26

1.3K 233 12
                                    

THE ICE PRINCE YOSHINORI






Sehari setelah terjadinya pemberontakan semua mayat yang tersebar di seluruh kota telah di kuburkan secara masal. Pemberontakan itu menelan korban jiwa setidaknya dua ribu rakyat. Sebagai seorang pemimpin negeri, Raja Nayuta tentu saja tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Andai dia lebih tanggap dari awal pasti jumlah korban jiwa tidak sebanyak ini.

Tapi semua sudah terjadi.

Sore ini setelah dari pemakaman Nora dan membersihkan diri Yoshi pergi ke istana tiga untuk melihat Lucia. Saat sampai disana Yoshi harus mengubur dalam-dalam harapannya melihat senyum di wajah gadis itu, karena Lucia belum sadarkan diri.

Yoshi duduk di samping ranjang, membasuh tangan dan wajah Lucia dengan handuk basah.

"Lucia," suara berat laki-laki itu memecah kesunyian kamar yang sejak tadi hanya terdengar suara helaan nafas.

"Apa kau tidak ingin bangun? Kau sudah tiga hari tertidur," lanjut Yoshi, dengan telaten mengelap tangan Lucia. Dipandanginya wajah Lucia yang tertidur dengan damai itu.

"Kau memang terlihat cantik ketika tidur. Tapi kau lebih cantik lagi ketika cerewet dan salah tingkah jika aku tiba-tiba menggendongmu," Yoshi tersenyum tipis mengingat kejadian itu. Ingatannya secara perlahan mulai kembali, termasuk tentang rencanannya untuk menyeret duke Frederick ke meja penghakiman karena perbuatan buruk yang di lakukan pria itu sebagai seorang kepala wilayah. 

Sayangnya bukti kuat untuk menangkap duke Frederick terlanjur ia hancurkan.

"Mungkin setelah kau bangun nanti kau tidak lagi melihat Nora. Dia meninggalkanmu bahkan sebelum meminta maaf kepadamu,"

"Tapi aku percaya kau pasti telah memaafkannya."

Yoshi kemudian menghela nafas "dia pergi tanpa memikirkan bagaimana putranya akan hidup tanpa seorang ibu dan ayahnya yang tidak jelas siapa,"

"Aku sebenarnya ingin mengadopsi Gale. Tapi ayahku pasti tidak akan setuju, apalagi nenekku."

"Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada anak kecil tak berdosa itu, Lucia?" Yoshi menggenggam erat tangan Lucia. 

"Aku sedikit tidak percaya, gadis selembut dan seanggun kau adalah seorang dewi kegelapan. Sebenarnya aku tidak ingin percaya, tapi yang berbicara adalah ibuku. Beliau tidak mungkin membohongiku," jemari Yoshi mengusap-usap punggung tangan Lucia.

"Langit Voresham yang gelap saat peperangan itu apa karena kemarahanmu?" Yoshi menatap wajah Lucia, gadisnya itu tertidur sangat tenang dengan nafas yang teratur.

"Aku seperti orang gila berbicara sendiri. Cepat bangun istriku, aku rindu suaramu, senyummu."

"Lagi pula apa punggungmu tidak sakit karena berbaring terus?" Yoshi berdiri dari duduknya, gerakannya handak mencium kening Lucia terhenti karena suara ketukan pintu.

Tok tok tok

"Yang Mulia!"

"Masuk!"

"Yang Mulia ini ada surat untuk anda," Emilie mengulurkan sebuah amplop berwarna hitam tanpa segel apapun di atasnya.

Yoshi menerimanya dengan kerutan halus di dahinya. "Baiklah. Terimakasih," ujar Yoshi

Emilie menunduk hormat sebelum keluar dari kamar Lucia.

Yoshi membuka amplop itu dengan sedikit terburu, entah kenapa tiba-tiba perasaanya menjadi tidak enak.

THE ICE PRINCE YOSHINORI [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang