CHAPT 38

1.1K 170 13
                                    

THE ICE PRINCE YOSHINORI




Yoshi tidak tahu apa yang sedang di hadapi Lucia selama di Icherland. Gadis itu sudah dua minggu tidak kembali dan juga sama sekali tidak ada kabar. Lagi-lagi hal itu membuat Yoshi uring-uringan.

Berusaha tidak peduli, tapi tidak bisa. Pikirannya tetap di penuhi oleh Lucia.

******

Allen baru saja memasuki istana lewat pintu sebelah selatan saat melihat Yoshi berada di depan kastil tiga sambil menggendong Jaeden yang tengah menangis.

Segera Allen turun dari kudanya dan menyerahkan kudanya ke pengawal istana. Laki-laki itu berlari ke arah Yoshi yang berusaha menenangkan Jaeden.

"Kak?"

Yoshi menoleh "kau kembali."

"Kenapa Jaeden menangis?"

"Sudah tiga hari ini dia rewel dan sulit di tidurkan. Sepertinya merindukan ibunya," Yoshi menepuk-nepuk pelan pantat Jaeden agar anak itu mau tidur.

"Memang pergi kemana?" Allen ikut membantu Yoshi menidurkan Jaeden dengan mengusap punggung kecil bayi berusia satu tahun itu.

"Ke Icherland. Katanya ada orang yang praktik ilmu hitam lagi,"

Allen menganggukkan kepalanya "kantung matamu, apa kau sering begadang?"

Yoshi mengangguk pelan "begadang menidurkan Jaeden."

Allen kemudian mengulurkan tangannya pada Jaeden yang menatapnya sejak tadi. "Ayo sama paman, biar daddy mu istirahat sebentar,"

"Tidak perlu. Kau baru saja datang,"

"Sudahlah. Biar aku saja yang menidurkan Jaeden siapa tahu berhasil." Bujuk laki-laki itu

Mendesah pelan Yoshi akhirnya menyerahkan Jaeden pada Allen.

"Nanti kalau sudah tidur kau berikan pada Emilie. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku," kata Yoshi

"Hmm. Baiklah, tidak perlu khawatir." Allen menggerakkan tubuhnya menimang-nimang Jaeden yang langsung diam begitu berada di gendongannya.

Tidak lupa sebelum pergi, Yoshi mengecup ringan puncak kepala Jaeden lalu mengusak rambutnya.

"Aku pergi dulu," pamit lelaki yang berstatus sebagai pemimpin negeri itu, Allen menjawabnya dengan gumaman lirih.

Sepanjang jalan menuju ruang kerja Yoshi terus menggerutu. Kenapa Lucia lama sekali, apa yang di lakukan gadis itu, dan Harvey kenapa sama sekali tidak mengirimnya surat. Bahkan surat yang pernah Yoshi kirim sampai saat ini tidak ada balasan.

"Kau menyalahgunakan kepercayaan yang kuberi," gumam Yoshi

Pekerjaan Yoshi menumpuk sudah tiga hari ini karena Jaeden yang rewel. Yoshi membutuhkan waktu tiga sampai empat jam untuk menidurkan putranya. Berjalan mengelilingi kompleks istana yang luasnya bisa lima kali lapangan sepak bola itu.

Desahan-desahan pendek terus keluar dari mulutnya. Yoshi tidak bisa berkonsentrasi selama hampir satu jam ini. Masih ada lima belas buku laporan menteri yang belum ia periksa.

"Astaga.." Yoshi menyugar rambutnya ke belakang lalu menekan-nekan tengkuknya.

Lelaki itu kemudian berdiri, berjalan menghampiri rak buku yang ada di sudut ruangan. Ia teringat dengan buku pemberian mendiang neneknya, ibu suri Meta. Sebuah buku cerita mitos tentang tanah para dewa.

Yoshi menarik buku tersebut dari himpitan buku lain. Ia membawanya keluar dari ruang kerja menuju taman belakang istana utama.

Yoshi duduk di sebuah bangku, kakinya ia luruskan lalu ia silangkan. Tangannya mulai membuka lembar demi lembar buku itu.

THE ICE PRINCE YOSHINORI [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang