Saat ini di dalam kamar yang berukuran cukup besar, sepasang suami istri duduk berdekatan. Suasana hening menyelimuti mereka berdua.
Sedari tadi, Romeo menyandarkan kepalanya di bahu Angela. Angela bertanya ada apa, namun laki-laki itu tak menjawab dan justru meminta maaf.
Angela bingung, sekaligus takut. Ia merasa takut akan sesuatu yang tak ia ketahui. Romeo selalu menyakitinya selama ini, namun jarang sekali laki-laki ini minta maaf. Jika ia sampai melakukannya, apa itu artinya yang ia lakukan begitu keterlaluan?
Angela kini mengusap punggung Romeo. Ia ingin memeluk laki-laki itu namun kesulitan karena perutnya yang sudah begitu besar.
Romeo menyadari itu. Iapun menaikkan kepalanya, kemudian mengubah sedikit posisi mereka.
Romeo duduk lebih dalam di atas kasur, kemudian ia memeluk Angela dari belakang. Tangannya ia lingkarkan di perut Angela yang buncit. Wajahnya ia tenggelamkan di leher Angela.
Angela tersenyum. Ia merasakan geli karena bibir Romeo yang menyentuh kulit lehernya. Tangan Angela kini memegang tangan Romeo yang berada di perutnya. Angela terdiam sesaat.
Banyak sekali kemungkinan yang terjadi. Banyak sekali yang ia pikirkan sekarang. Namun memikirkan semua itu bukankah hanya akan membuatnya stress? Angela tidak boleh stress, apalagi ketika sudah hamil tua seperti ini.
Akhirnya Angela memejamkan matanya. Ia akan melupakannnya. Ia akan melupakan permintaan maaf tadi.
"Mas Romeo? capek ya?" tanya Angela.
Romeo menaikkan kepalanya dan menatap Angela yang sudah sedikit menyamping untuk menatapnya.
"Enggak," jawab Romeo.
"Mau keluar gak? aku ngidam bubur ayam deket kampusku," tutur Angela.
Romeo mengernyit. "Emang masih buka?"
"Buka, itukan bukanya pagi sama malem," jawab Angela.
Romeo mengerjap sesaat. Ia melihat ke arah jam dinding.
"Yaudah kalo gitu, ayo."
Romeo turun dair kasur, kemudian membantu Angela berdiri. Romeo mengambil jaket hangat milik Angela dari dalam lemari, kemudian memakaikannya pada istrinya.
Angela tersenyum. Ia kini berpegangan tangan dengan Romeo dan berjalan keluar kamar. Mereka akan naik mobil menuju daerah kampus Angela dulu.
***
Saat ini di depan kampus, Angela dan Romeo sudah duduk bersampingan. Di meja mereka ada satu porsi bubur ayam yang sudah dipesan.
"Ternyata rame juga," ucap Romeo melihat sekeliling. Ada cukup banyak orang yang mengunjungi gerobak bubur ini.
"Iya dong, disini emang rame terus," ucap Angela.
"Mas Romeo kenapa gak pesen juga? emang gak ngiler?" tanya Angela.
Romeo tersenyum. "Kita kan udah makan malem Angela," ucapnya.
Angela menelan ludahnya. Benar juga. Mereka sudah makan malam di rumah tadi. Angela tiba-tiba lapar lagi. Ia memang sering lapar di malam hari.
Romeo tersenyum melihat itu. "Gakpapa, kamu kan makan buat dua orang," ucap Romeo, melihat ke arah perut Angela yang buncit.
"Ah.. iya juga, ini mah yang makan bukan aku tapi Jonathan," ucap Angela.
Romeo tertawa pelan. Ia menggeleng-geleng sementara Angela tersenyum malu.
Angela menghela nafasnya pelan. Selama hamil besar, ia tak bisa menahan nafsu makannya. Rasanya ia ingin terus makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Angela
RomanceAngela menerima perjodohan ini karena ia sudah lelah menghadapi dunia. Jika menikah dengan laki-laki yang masih mencintai perempuan lain adalah takdirnya, maka biarkan saja seperti itu. Adult Romance by finecinnamon