"Kamu harus tenang Romeo, jangan emosi."
Saat ini di dalam kamar yang berantakan, Romeo duduk di tepi kasurnya. Pintu balkon sudah ia buka lebar-lebar, agar angin segar masuk ke dalam.
Romeo sedang bertelfonan dengan seseorang sambil merokok. Mendengar suara perempuan di balik telfon ini cukup berhasil membuat perasaannya lebih tenang.
"Kamu udah jadi suami sekarang, calon ayah pula, harus bisa ngontrol diri."
Romeo menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Ia masih terdiam dan hanya mendengarkan suara itu dari balik telfon.
"Sejujurnya, akupun ngerasa yang dilakuin Angela itu salah, dia harusnya ngasih tau kamu dulu, yang dia kandung itu kan anak kamu juga, masa dia ngasih tau temen cowoknya duluan dari pada kamu?"
Romeo merasakan rahangnya yang mengeras. Emosi yang sempat mereda itu tetap saja terasa meluap-luap.
"Menurutku, Angela emang sengaja ngelakuin itu ke kamu Ro."
"Sengaja?" ucap Romeo.
"Ehm, mungkin.. dia kesel sama kamu karena kamu selalu ngeluangin waktu buat aku, jadi dia mau bales dendam."
Romeo menghela nafasnya pelan. "Balas dendam.." gumamnya tak percaya.
"Yah mau gimana lagi Romeo, kamu itu nikahin perempuan yang masih muda banget, baru lulus kuliah, kamu harus siap ngadepin sikap kekanakannya Angela."
Romeo menghisap rokoknya, kemudian menghembuskan asapnya pelan. Ia tak yakin apakah dirinya bisa menghadapi sikap yang seperti itu ke depannya.
***
Di lantai bawah, acara makan malam sudah selesai. Raka sudah izin pulang karena merasa situasi di rumah ini sedang kacau, ia tidak mau kehadirannya semakin membuat Romeo marah pada Angela.
Sementara Angela sedang dinasihati oleh ibu dan ibu mertuanya di ruang makan. Ia hanya menunduk dan mendengarkan mereka berbicara tanpa benar-benar memproses apa yang mereka katakan.
"Angela, kamu denger kan mama ngomong apa?"
"Denger ma," jawab Angela segera.
"Kamu paham kan? sikapmu itu gak baik Angela, kamu harus lebih menghargai Romeo sebagai suamimu."
"Iya ma," jawab Angela lagi.
Adriana meghela nafasnya pelan. Ia berusaha agar tidak terlalu emosi, namun sikap Angela membuat dirinya khawatir. Pasalnya, mereka ini adalah pasangan suami istri baru. Belum ada satu tahun mereka menikah, dan sudah ada pertengkaran semacam ini.
"Yaudah kalau gitu, kamu naik sana, minta maaf sama Romeo."
Angela mengangguk. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan menaiki tangga.
Selama berjalan, Angela merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Sedari tadi dirinya berusaha terlihat tenang di depan ibu dan ibu mertuanya. Padahal sesungguhnya, Angela kepikiran. Ia khawatir dan takut.
Setelah sampai di depan pintu, Angela memegang lengannya sendiri. Ia menggigit bibirnya yang gemetaran.
Romeo begitu marah padanya. Angela dapat merasakannya. Kini ia begitu takut menghadapinya. Rasanya Angela ingin ikut ibunya saja pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Angela
Storie d'amoreAngela menerima perjodohan ini karena ia sudah lelah menghadapi dunia. Jika menikah dengan laki-laki yang masih mencintai perempuan lain adalah takdirnya, maka biarkan saja seperti itu. Adult Romance by finecinnamon