Hari-hari berlalu tanpa terasa. Dua minggu lebih tepatnya.
Di dalam sebuah kamar lantai dua yang ukurannya tak terlalu besar, seorang perempuan sedang berkutat dengan pekerjaaan yang ia lakukan sedari tadi.
Tiap goresan kuas yang ia berikan, menciptakan perubahan yang signifikan di atas kanvas polos itu. Perpaduan warna hijau dan biru banyak ia gunakan, untuk menciptakan replika pemandangan yang menenangkan.
Angela tersenyum. Lukisan yang ia buat sejak tadi pagi kini akhirnya selesai. Iapun meletakkan lukisan tersebut di dekat jendela, agar catnya lebih cepat kering.
Angela kini bersiap untuk membuat yang selanjutnya.
Ketika hendak melakukannya, Angela terhenti. Ia menyadari stok kanvas kosong yang ia beli hanya tersisa satu. Baaimana ini? haruskah Angela membeli lagi?
Tiba-tiba, suara tangisan bayi terdengar.
Angela dengan sigap bergerak. Ia menghampiri Jonathan yang tidur di atas kaur.
Angela langsung mengambil posisi dan membuka kancing baju tidurnya. Ia membiarkan Jonathan meminum ASI darinya sebab ia belum sempat membuatkan susu.
Angela bernafas lega. Untung saja ia cepat bergerak. Kalau tidak, ia bisa ditegur karena menciptakan keberisikan di bangunan ini.
Angela kini menatap wajah bayinya yang menggemaskan. Mulut Jonathan yang kecil menghisap dengan semangat, sementara kedua matanya kembali terpejam.
"Jo masih ngantuk ya..?" bisik Angela sambil menyentuh pipi gembul Jonathan.
Senyuman tak kuasa tersungging di bibir Angela. Menatap wajah bayinya yang tenang benar-benar membuatnya senang.
Angela mendekat dan mengecupi wajah Jonathan. Ia bersyukur sekali dikarunia puteranya yang begitu berharga untuknya.
Tak lama, Angela menyadari bahwa Jonathan sudah kembali tertidur. Dengan hati-hati ia meletakkan kembali puteranya di atas kasur.
Angela merapikan baju tidurnya. Ia tesenyum. Kini ia akan melanjutkan lagi kegiatannya.
Ketika hendak berjalan ke arah meja belajar, Angela mendengar ketukan pelan di pintu kamarnya.
"Mama Jo?"
Angela segera mendekat. Ia membuka pintu kamar tersebut, dan melihat seorang perempuan paruh baya disana.
"Nih, sarapan."
Angela tersentak. Ia melihat plastik berisi makanan yang diberikan perempuan di depannya.
Angela menerimanya dengan perasaan senang. "Makasih banyak bu, maaf ngerepotin terus," ucap Angela.
"Gakpapa, tadi ibu sekalian beli ke depan," jawab perempuan tersebut.
Perempuan itu kini menatap ke arah Jonathan di kasur. "Jo masih bobok?"
"Iya, tadi sempet bangun, tapi tidur lagi," jawab Angela.
"Yaudah gakpapa, kemarin kan dia capek diajak main sama kakak-kakak disini."
Angela tersenyum dan mengangguk.
"Kamu lagi ngapain? ngelukis?"
"Iya," jawab Angela.
"Udah ada yang beli lukisannya?"
Angela menggeleng pelan. "Belum," jawab Angela.
Perempuan di depan Angela mengangguk. Ia mengusap bahu Angela dengan lembut.
"Gakpapa, nanti juga pasti ada yang beli."
Angela tak kuasa tersenyum. Ia mengangguk.
"Yaudah kalo gitu, ibu mau nyapu halaman dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Angela
RomanceAngela menerima perjodohan ini karena ia sudah lelah menghadapi dunia. Jika menikah dengan laki-laki yang masih mencintai perempuan lain adalah takdirnya, maka biarkan saja seperti itu. Adult Romance by finecinnamon