Chapter 41. Keputusan Terbaik

48.6K 3.3K 236
                                    

Setelah mendengar cukup banyak, kini Angela berjalan kembali ke ruang rawat. Ia melihat suster yang masih berada disana, menunggunya.

"Ibu?? ibu gakpapa??"

Angela tersenyum kecil. Ia sadar dirinya tak bisa menutupi kedua mata yang merah dan basah.

"Gakpapa sus," jawab Angela. "Makasih ya udah nungguin anak saya."

"Ah, iya sama-sama, t-tapi ibu beneran gakpapa?" tanya suster terlihat panik.

"Gakpapa sus, makasih ya," ucap Angela.

Suster tersebut menelan ludahnya. Iapun mengangguk dan bergegas keluar.

Sementara Angela berjalan mendekati Jonathan yang tidur di kasur. Angela memegang tangan Jonathan yang tak diinfus dan menggenggamnya erat.

"Maafin mama Jo, mama gak kuat lagi."

Angela tak kuasa menatap puteranya yang begitu berharga untuknya. Ia merasa bersalah karena tak bisa menyelamatkan Jonathan dengan kondisinya saat ini.

Akan tetapi, Angela tak kuat lagi. Ia tak kuat lagi menahan semua ini. Kesabarannya sudah benar-benar habis. Ia lelah karena Romeo terus menganggap ucapannya sebagai angin lalu.

Kini Angela menyandarkan kepalanya di kasur sambil menggenggam tangan Jonathan yang mungil.

***

Pagi hari yang cerah di rumah sakit.

Saat ini, Angela membuka kedua matanya perlahan. Ia menatap langit-langit kamar rawat. Angela berbaring di atas kasur bersama Jonathan yang masih tidur.

"Udah bangun Angela?"

Angela sedikit tersentak. Ia melihat Romeo yang berjalan mendekatinya.

Sesaat keduanya saling menatap. Angela melihat Romeo. Laki-laki itu berdiri dengan tenang menatapnya. Ia sudah rapih dan mengenakan pakaian kerja.

"Semalem kamu ketiduran," ucap Romeo.

Angela berusaha mengingat. Ingatan terakhirnya adalah dirinya duduk di dekat kasur dan menangis sambil memegang tangan Jonathan.

Apakh ia kelelahan menangis hingga ketiduran?

Kini Angela berpikir. Itu artinya, Romeo menggendongnya naik ke atas kasur?

Tiba-tiba, suara tangisan bayi terdengar. Jonathan menangis kencang, dan Angela lamgsung bersiap pada posisinya.

Angela duduk dan mengangkat Jonathan ke pangkuannya. Ia menurunkan resleting blouse yang ia kenakan agar Jonathan bisa menyusu. Bayi ini pasti haus.

Benar saja, tangisan Jonathan langsung berhenti setelah menemukan sumber ASI tersebut. Ia kembali memejamkan mata, namun mulutnya bergerak-gerak menghisap.

Angela tak kuasa tersenyum. Angela menyadari bahwa hal kecil apapun yang Jonathan lakukan, selalu berhasil menciptakan senyuman di bibirnya.

Tak peduli seburuk apapun suasana hati Angela, tak peduli seberapa besar rasa sakit yang Angela rasakan, bayi ini selalu berhasil mengobati lukanya.

Ketika sedang memperhatikan bayinya, Angela tersentak merasakan sentuhan di keningnya.

Romeo mengecup kening Angela dengan lembut, kemudian keduanya saling menatap.

"Makasih Angela, berkat kamu, Jonathan jadi cepet sembuh dan bisa pulang ke rumah."

Angela terdiam mendengarnya. Ia hanya terdiam tak menanggapi.

Berbeda dengan apa yang dipikirkan Romeo, Angela justru merasa dirinya adalah seorang ibu yang buruk. Apalagi mengingat rencana yang ada di kepala Angela saat ini.

Romeo & AngelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang