Satu minggu sudah berlalu sejak malam itu, malam yang menjadi mimpi buruk bagi seorang laki-laki yang kini duduk di tepi kasurnya. Malam yang membuatnya kesulitan tidur. Malam yang membuat kepalanya terasa pusing dan tak ada semangat untuk menjalani aktivitas.
Romeo kini menerung. Ia menatap foto yang terpajang di dinding kamarnya. Fotonya dan perempuan yang hari itu resmi menjadi istrinya. Foto itu mereka ambil tak lama setelah Romeo melingkarkan cincin di jari manis Angela.
Melihat cincin itu, Romeo kini sadar akan sesuatu hal. Angela pergi tanpa membawa barang berharga seperti black card, perhiasan, tas, atau hadiah apapun yang penah Romeo berikan padanya.
Akan tetapi, Angela tak meninggalkan cincin pernikahan mereka. Ia membawa benda itu pergi bersamanya.
Bukankah itu artinya, Angela tak benar-benar meninggalkan Romeo disini? batin Romeo, berusaha menghibur diri.
"Ini kemeja dan dasinya pak, udah saya setrika."
Romeo tak menanggapi ucapan seorang ART yang masuk ke kamarnya. Ia masih merenung memikirkan banyak hal.
ART tersebut meletakkan pakaian Romeo di atas kasur. Ia kini berdiri di dekat Romeo.
"Masih ada yang diperluin pak?"
Romeo tak menanggapi.
"Udah mbak, sekarang tolong bikinin kopi ya."
ART itu menengok dan melihat Helena yang berjalan masuk.
"Baik bu."
Helena kini berjalan mendekati Romeo. Ia memperhatikan putera pertamanya yang terlihat begitu lemas.
"Kamu mau ke kantor kan hari ini?"
Helena mengusap kepala Romeo dengan lembut, membuat Romeo tersadar dari lamunannya. Ia menghela nafasnya pelan.
"Iya," jawab Romeo.
"Yaudah, ayo dipake kemejanya, nanti telat," ucap Helena.
Helena memgambil kemeja tersebut dan memberikannya pada Romeo.
Romeopun menerimanya. Ia kini berdiri dan memakai kemeja tersebut.
"Jangan khawatir Romeo, mama yakin Angela bakal balik lagi, dia mungkin cuma butuh waktu sendiri," ucap Helena
Sambil mengenakan kemejanya, Romeo berucap. "Angela gak akan balik ma, dia gak mungkin balik."
"Jangan ngomomg gitu," ucap Helena.
Romeo menggeleng. "Angela gak akan balik atas keinginannya sendiri, makanya aku harus jemput dia."
"Aku cuma gak ngerti gimana cara Angela bisa pergi tanpa ninggalin jejak, aku udah kerahin semua orang yang bisa aku suruh untuk cari Angela, tapi tetep gak ketemu."
Romeo kini sudah selesai mengenakan kemejanya. Ia menatap dirinya di cermin.
"Tapi gakpapa, ini baru seminggu, aku mungkin butuh lebih banyak waktu untuk nemuin mereka," ucap Romeo.
Helena mengangguk. "Mama juga yakin kamu bakal nemuin mereka."
Romeo mengambil kunci mobilnya di atas nakas. "Aku berangkat ma," ucapnya.
Helena mengangguk.
Kini Romeopun berjalan keluar dari kamarnya. Ia berjalan sambil menelfon karyawan sekaligus asistennya di kantor, Dimas.
"Lo udah di kantor?" tanya Romeo.
"Udah bos, kenapa?"
"Tolong beliin kopi buat gua, extra shot, gua kurang tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Angela
RomantikAngela menerima perjodohan ini karena ia sudah lelah menghadapi dunia. Jika menikah dengan laki-laki yang masih mencintai perempuan lain adalah takdirnya, maka biarkan saja seperti itu. Adult Romance by finecinnamon