Part 3

2.2K 278 1
                                    

Heeseung keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya dengan setelan piyama berwarna biru tua sembari mengusak rambutnya yang setengah basah sehabis mandi. Dia mendudukkan dirinya di tepi ranjang lalu mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas sebelah tempat tidurnya. Dia mengecek apakah ada pesan atau pun notifikasi penting yang masuk. Setelah membukanya, hanya beberapa pesan di grup dan teman. Ada juga beberapa pesan dari orang asing yang kebanyakan wanita yang entah bagaimana caranya bisa tahu nomornya. Matanya berhenti pada satu nama yang ada agak bawah, tenggelam dengan pesan pesan tidak penting lainnya.

Jake
Aku sudah di depan fakultasmu kak

Satu pesan yang belum dibukanya dari laki-laki itu adalah pesan terakhir yang dikirim kemarin siang sebelum bertemu dengannya. Tidak ada pesan terbaru lagi. Heeseung agak heran karena tak peduli waktu laki-laki yang lebih muda darinya itu akan mengiriminya pesan yang sangat membuat Heeseung muak. Heeseung menghembuskan nafas lega lalu kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas.

Lee Heeseung, mahasiswa tahun ketiga jurusan desain visual dan komunikasi itu tak pernah menyangka hidupnya akan berubah setahun lalu. Saat itu dengan tiba-tiba seorang pria yang lebih pendek darinya dengan wajah yang mirip anak anjing lucu itu menghadangnya di depan gedung fakultasnya. Lalu tanpa basa basi memperkenalkan dirinya. Heeseung sebenarnya tak terlalu mempermasalahkannya, mungkin saja anak itu salah satu junior yang masuk ke dalam fanclubnya. Bukan mau sombong, tapi Heeseung itu memang seterkenal itu dan banyak orang yang menyatakan diri sebagai anggota fanclubnya.

Semua masih biasa bagi Heeseung, berkenalan secara normal seperti orang pada umumnya. Tapi yang jadi masalah adalah ketika laki-laki bernama Jake itu menyatakan diri jika dia menyukai Heeseung.

"Aku menyukaimu. Jadilah pacarku ?"

Sebaris kalimat itu membuat berhasil membuat Heeseung mematung di tempatnya. Sudah sering dia mendapatkan pernyataan semacam ini dari banyak wanita. Tapi tidak pernah ada dalam benak Heeseung kalau kali ini bukan wanita tapi seorang pria. Bagaimana Heeseung bisa mempercayainya.

Orang seperti Heeseung tentu banyak disukai orang. Parasnya yang tampan, dengan kulit putih, hidung mancung, rambutnya hitam legam dan tatapan mata yang begitu teduh. Tubuhnya pun tinggi menjulang. Jangan lupakan fakta selera berpakaiannya yang selalu memukau. Nampak sederhana namun selalu elegan dan berkarisma.

Wanita manapun akan jatuh cinta padanya. Itu terbukti dengan begitu banyaknya pasang mata yang selalu memusatkan atensinya setiap dia lewat. Meskipun sifatnya agak dingin dan tidak acuh, tapi itu tak lantas membuat wanita-wanita di luaran sana mundur. Justru itu membuat mereka gencar mengejar Heeseung, dan pada ujungnya akan mundur karena penolakan dari Heeseung. Sekalipun mereka mengejarnya mati-matian, tapi dengan sifat dinginnya Heeseung siapa yang akan betah.

Beda dengan Jake, seberapa keraspun Heeseung memberi penolakan, Jake tidak pernah menyerah. Entah bagaimana Jake selalu punya cara untuk membuat Heeseung mengalah padanya. Heeseung terkadang merasa aneh pada dirinya sendiri yang selalu bisa saja mengalah untuk Jake. Padahal sebelumnya, dia tidak pernah mau mengalah atau sedikit memberikan rasa kasihannya pada wanita-wanita yang mengejarnya. Tapi untuk Jake, berulang kali Heeseung selalu luluh dan mengalah untuk menuruti permintaan pria itu.

——

Sudah genap seminggu Jake tidak menampakkan dirinya di hadapan Heeseung. Seharusnya ini menjadi kabar baik baginya namun entah mengapa Heeseung merasa aneh. Seperti ada yang hilang dari hari-harinya. Setiap saat dia jadi sering memainkan ponselnya, hanya sekedar melihat apakah ada pesan atau panggilan dari Jake. Tapi kosong. Catatan pesan dan panggilannya masih sama seperti seminggu yang lalu.

Hari ini Heeseung pergi ke kelas pagi. Hanya satu kelas, tapi ini bahkan hampir sore. Tapi dia masih saja bertahan di perpustakaan. Jika berfikir bahwa dia mengerjakan tugas, salah. Laptopnya masih menyala tapi essaynya tidak lebih dari satu paragraf sejak sejam yang lalu. Heeseung tidak bisa fokus. Dia terus menerus memikirkan Jake. Beribu pertanyaan tentang sosok itu memenuhi kepalanya. Heeseung rasa dia mulai gila.

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang