Part 24

1.4K 203 6
                                    

Warna kecoklatan mulai terlihat di setiap sudut kota, menandai musim gugur yang telah berjalan hampir satu bulan. Angin dingin berhembus menerpa tubuh-tubuh lelah, hingga membuatnya harus mengeratkan kain yang membalut tubuh.

Heeseung kembali ke tempat ini lagi. Sudah empat hari ini dia selalu datang ke fakultas bisnis. Berharap bahwa dewi fortuna memberinya kesempatan untuk bertemu pengusik hatinya. Heeseung berdiri di depan gedung fakultas, kali ini dia tidak berkeliling. Entah malas atau memang harapannya mulai mengecil seiring berlalunya waktu. Yang benar saja, ini baru hari ke empat.

Dari kejauhan, Jay sudah memperhatikan Heseung dari beberapa menit yang lalu. Dia memandangnya datar tanpa sedikitpun niat untuk menghampiri. Ada amarah bercampur iba dalam hatinya. Tadinya Jay ingin mengabaikannya lagi seperti hari sebelumnya. Tapi Jay masih punya perasaan untuk sekedar menyapa. Jay menghela nafas pelan. Dia lantas beranjak dari tempatnya ke arah Heeseung. Jay sengaja menampakkan diri pada Heeseung.

Heeseung melihat Jay berjalan ke arahnya. Jay berjalan seolah acuh hingga Heeseung menghentikan langkahnya.

"Jay, tunggu"

Heeseung menahan lengan Jay.

"Apa ?"

Jay menjawab dengan acuh.

"Dimana Jake ?"

Jay diam.

"Aku tidak tau"

"Jay"

"Apa kak ? Jika aku tau apa kau pikir aku akan memberitahumu ?"

Heeseung menatap sengit Jay. Dia pun melepas lengan Jay dan segera beranjak.

"Kak"

Langkah Heeseung terhenti.

"Kalau kau suka beri Jake kejelasan. Tapi jika tidak, tolong lepaskan dia. Ada orang lain yang menunggunya"

Perkataan Jay jujur saja menusuk hatinya. Tapi Heeseung berusaha tenang. Dia segera berbalik lalu pergi meninggalkan Jay.

"Semoga semua akan baik-baik saja untukmu Jake"

Gumam Jay.

——

"Jay, aku pulang dulu ya"

Pamit Jake pada Jay yang masih sibuk dengan laptopnya.

Jake bermaksud pulang malam ini untuk membereskan rumah dan juga mengambil beberapa barang.

"Iya, hati hati"

"Hm, aku akan kemari pagi sekali"

"Siang juga tidak apa"

"Kau butuh kubawakan sesuatu ?"

"Bawakan aku baju ganti saja"

"Baiklah, kau pakai punyaku tidak apa kan ?"

"Hm"

Jake pun pergi meninggalkan runah sakit, membiarkan Jay untuk sementara menjaga sang ayah.

Jake berjalan perlahan menyusuri jalanan sepi di daerah perumahan tempatnya tinggal. Jaket tebalnya sedikit dia eratkan karena angin dingin malam yang berhembus. Sesekali Jake berhenti untuk menghela nafas panjang. Perlahan dia mulai mendekati gedung apartemen dia tinggal.

Langkah Jake terhenti tepat beberapa meter dari pintu masuk apartemen. Netranya bertemu tatap dengan seorang pria yang tengah berdiri tak jauh darinya. Pria yang setahun terakhir ini mengisi hatinya dan juga beberapa hari lalu dengan mudahnya menghancurkan hati yang seluruhnya telah menjadi milik pria itu. Sosoknya masih sama seperti terakhir kali dia melihatnya. Kaos hitam dengan coat berwarna senada, celana blue jeans dan sneaker santai, membalut tubuh tinggi tegapnya. Bawah matanya nampak menggelap seolah dia tidak tidur malam sebelumnya, hidung tingginya, bibir tipis merah alami miliknya, rahang tegas dan sorot mata teduh meskipun tanpa ekspresi, semua masih sama. Sosoknya masih begitu luar biasa di mata Jake.

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang