Part 22

1.3K 184 6
                                    

Heeseung melajukan mobilnya di jalanan kota yang ramai. Hatinya bergemuruh. Entah mengapa. Dia juga tidak tahu alasannya. Bagaimana dia bisa semarah itu.

Karina yang duduk di sampingnya hanya menatap khawatir pada teman kecilnya itu. Dia juga bingung kenapa Heeseung tiba-tiba bersikap demikian.

"Heeseung"

Panggilan Karina segera membuat kesadaran Heeseung kembali. Dia segera menepikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup lengang dan sepi. Segera setelahnya Heeseung menjatuhkan kepalanya di atas setir mobilnya.

"Sebenarnya kau ini kenapa ?"

Heeseung diam sesaat.

"Aku panik. Maaf Karina maaf"

"Panik ? Kenapa sampai semarah itu ? Kau bilang ingin bertemu dengan Jake. Aku bahkan sengaja membuat janji makan malam, agar kau bisa berbicara dengan Jake. Tapi kenapa kau bersikap seperti itu padanya"

"Maaf Karina maaf"

"Bukan aku yang butuh maafmu. Tapi Jake"

Karina memang sudah tau soal Jake. Setelah makan malam bersama keluarga Heeseung beberapa waktu lalu, Karina dengan ragu menanyakan perihal sikap aneh Heeseung. Dan disanalah Heeseung mengungkapkan semua. Maka Karina pun bermaksud membantu Heeseung menemui pria bernama Jake itu. Dia sengaja membuat janji temu dengan Heeseung di cafe tempat Jake bekerja. Dan hari ini bahkan Karina sengaja membuat acara makan malam dadakan hanya karena ingin mempertemukan Heeseung dengan Jake. Karina pun tau bahwa Jake berbohong jika dia ada di fakultas Heeseung untuk urusan lain bukan menemui Heeseung.

Tapi semua rencana Karina nampaknya justru membuat buruk suasana di antara keduanya. Heeseung dan Jake saling acuh. Dan hari ini, entah setan mana yang merasuki Heeseung hingga semarah itu pada Jake. Karina sendiri belum pernah melihatnya semarah itu bahkan itu ketika ayahnya memperlakukannya bak burung dalam sangkar.

"Kenapa kau semarah itu ?"

Heeseung mengangkat kepalanya dari atas setir lalu menyandarkannya pada kursi mobil.

"Entahlah. Aku sempat panik melihatmu luka. Dan aku juga sedang marah pada Jake. Aku rasa aku marah karena sikap acuhnya sejak pertemuan kami lagi. Kupikir aku akan menemukan senyum hangat yang kurindukan. Tapi nyatanya hanya sikap acuh yang aku dapatkan. Aku tidak tau dia kenapa bersikap demikian. Apa aku salah ? Jika iya, apa yang salah dariku ? Jika dia seperti itu karena aku menghilang selama itu, bukankah dia bisa bertanya padaku ?"

Karina menghembuskan nafas pelan. Karina tidak tau bahkan temannya yang selalu terlihat sempurna itu bisa sebodoh ini.

"Hei tampan. Tidak, hei bodoh"

Heeseung sontak menoleh ke arah Karina.

"Apa ? Kau memang bodoh. Di dalam hubungan ini bukan hanya ada Jake. Tapi ada kau juga. Lee Heeseung"

Heeseung memicingkan mata.

"Selama setahun ini dia yang selalu datang padamu, memohon padamu, memberimu, dan menjelaskannya padamu. Dulu saat kau tidak punya perasaan yang sama. Baiklah. Anggap dia bertepuk sebelah tangan. Tapi sekarang, kau juga punya rasa yang sama dengannya, apakah dia juga yang masih harus meraihmu ?! Pernahkah kau berfikir sekali saja bahwa dia juga lelah dengan semua ini ?! Pernahkah kau berfikir dia mungkin menginginkan kau untuk sekali saja mencoba meraihnya ?! Pernah tidak ?!"

Heeseung nampak berfikir.

"Atau mungkin. Sampai saat ini rasa itu hanya pada Jake. Apa kesimpulanku soal kau memiliki perasaan yang sama itu salah ? Iya ?! Apa begitu ?!"

Heeseung telak dikalahkan oleh perkataan Karina.

"Jika begitu, kau egois. Tidak memberinya kejelasan tapi tetap ingin dia untukmu sendiri"

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang