Part 19

1.1K 195 0
                                    

Jake menumpu kepalanya dengan sebelah tangan. Suara sang dosen yang menjelaskan materi keuangan sama sekali tak digubris. Pikirannya dipenuhi berbagai hal tentang manusia bernama Lee Heeseung. Satu persatu pertanyaan mengenai absennya pria itu muncul saling bertumpuk diotaknya. Bahkan kini pertanyaan rumit tentang perasaannya, keputusannya untuk mendekati Heeseung, mengejarnya hingga menjadikan Heeseung miliknya, tampaknya jawaban akan semua itu mulai suram.

"Oke. Sekian untuk hari ini. Selamat siang"

Suara riuh teman-teman sekelas membuyarkan lamunan Jake. Jay yang menyadari, memandang Jake prihatin.

"Jake"

Jake yang sibuk membereskan barangnya seketika menengok ke arah Jay.

"Hm"

Jay mengulum bibirnya, nampak ragu untuk sekedar bertanya.

"Apa kau baik-baik saja ?"

"Hah ?"

"Maksudku, sepertinya akhir-akhir ini kau jadi kehilangan fokusmu. Kau juga banyak melamun. Apa semua baik-baik saja ? Apa ada masalah di tempat kerja ? Atau dengan paman mungkin ?"

Jake tersenyum tipis saat mendengar rentetan pertanyaan Jay. Jake tau Jay memang terkesan menyebalkan dan cuek tapi dia bisa berubah jadi super perhatian jika ada masalah dengannya.

"Tidak Jay. Semua baik-baik saja. Mungkin hanya kelelahan. Kau tau selama liburan aku bekerja dan sekarang aku juga langsung kuliah"

"Benar. Kau tidak apa-apa ?"

"Hm. Jangan khawatir"

Jake melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda.

"Bagaimana dengan Kak Heeseung ? Apa kau sudah menemuinya ?"

Jay bertanya dengan hati-hati. Takut-takut jika dia salah bicara.

Jake kembali menghentikan kegiatannya. Pegangannya pada pena miliknya mengerat sebelum dia kembali mengulas sebuah senyum tipis.

"Aku belum menemuinya. Mungkin dia sibuk"

Jake kembali memasukkan barangnya ke dalam tas.

"Jake, jika terasa sulit, berhentilah. Kau berhak untuk bahagia meski bukan dengan orang yang kau cintai saat ini"

Ucapan Jay seolah menusuk dadanya. Rasa sesak perlahan menyerangnya. Sebelum semua perasaan sakit itu datang Jake buru-buru mengulas sebuah senyum lebar.

"Baiklah. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku duluan ya"

Jake segera meninggalkan kelas, menyisakan Jay dengan perasaan tidak tenang. Entahlah, absennya Heeseung membuatnya ikut memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja akan terjadi.

——

Jake kembali pada rutinitasnya bekerja paruh waktu di cafe Taehyung. Karena tidak ada kelas jadi Jake datang lebih pagi ke cafe. Tidak terlalu ramai menjelang sore, Jake bisa sedikit bersantai dengan memyesap americano yang dibuatnya tadi sebelum mulai kerja.

"Permisi"

Jake terkesiap saat seorang pelanggan wanita berdiri di depan counter. Jake segera berdiri lalu mulai melayani wanita di depannya.

"Maaf. Mau pesan apa ?"

"Aku mau satu hot latte"

"Baik. Ada lagi ?"

"Tidak"

Setelah melakukan pembayaran, Jake segera membuatkan pesanan pelanggan tadi. Beberapa menit kemudian pesanan pun jadi, dia segera mengantarkannya pada pelanggan wanita yanh telah menunggu di salah satu meja.

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang