Part 30

1.1K 150 7
                                    

Tuan Shim tengah menyetrika baju di ruang tengah sembari menonton televisi. Sesekali matanya melirik televisi untuk melihat memperhatikan berita hangat yang ditayangkan pada acara berita pagi ini. Tuan Shim selesai menyetrika pakaian kerjanya ketika sebuah berita  ditayangkan.

"Lee Corporation mengalami kenaikan yang signifikan. Pendapatan mereka untuk kuartal terakhir tahun kemarin mengalami peningkatan tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal ini semakin mengukuhkan status Lee Corporation sebagai perusahaan ekspor impor terbesar di negeri ini"

Tuan Shim tertegun saat melihat berita yang baru saja ditayangkan. Raut wajahnya berubah dingin, tak bisa ditebak apa yang tengah dipikirkannya. Dia segera mematikan televisi dan memilih bersiap untuk pergi bekerja.

——

Jake menngejapkan matanya saat merasakan silau dari arah jendela. Dengan sangat terpaksa dia mulai mengembalikan kesadarannya setelah tidur semalaman. Jake pun memaksa tubuhnya untuk bangun dan terduduk di tempat tidur. Dia melihat sekitar, nampak asing. Dalam beberapa detik dia baru tersadar jika dia sedang tidak berada di kamarnya. Tentu. Memang sejak kapan kamarnya terlihat luas. Tempat tidurnya juga luas, bahkan muat untuk tiga orang. Lemarinya juga memenuhi seluruh dinding. Jendelanya nampak lebar hingga cahaya matahari dengan leluasa menetangi ruangan. Dan satu lagi, kamar mandi. Rumahnya saja hanya punya satu kamar mandi dan di dalam kamar ini ada kamar mandinya. Sudah bisa dipastikan ini bukan kamarnya.

Jake memang tidak tidur di kamarnya. Hari ini dia menginap di apartemen Heeseung. Entah, akhir-akhir ini dia jadi sering menginap disana. Terlebih ketika dia harus bekerja hingga larut malam. Jake menginap karena tidak ingin membuat ayahnya terbangun di tengah malam. Tapi itu hanya alasan agar dia bisa menginap. Jake sebenarnya candu akan pelukan Heeseung dan usapan halus setiap akan tidur. Jadi, sebisa mungkin dia mencari alasan agar bisa menginap dan tidur bersama dengan Heeseung. Toh, Heeseung tidak keberatan. Kekasihnya itu juga sebenarnya cukup senang dengan hal itu.

Jake beranjak dari tempat tidur menuju keluar kamar, mencari keberadaan pemilik apartemen ini.

"Kak Hee"

Panggil Jake.

Heeseung tengah duduk di sofa ruang tamu sambil mengotak-atik laptopnya saat mendengar panggilan Jake. Dia segera menoleh ke arah Jake yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kau sudah bangun ?"

Jake mengangguk.

Heeseung meletakkan laptopnya lalu menarik Jake mendekat. Jake pun menurut, setelahnya dia sudah duduk di paha Heeseung. Jake menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Heeseung. Dia kenbali memejamkan mata, terlalu nyaman dengan bau tubuh Heeseung.

"Kau masih ingin tidur ?"

Jake menggeleng.

"Aku harus bekerja"

"Hm"

Jake mengangkat wajahnya hingga sejajar dengan wajah Heeseung.

Heeseung memandang wajah Jake lama. Dari jarak sedekat ini dia bisa melihat dengan dangat jelas setiap inci wajah kekasihnya. Dia terlihat tampan meskipun baru saja bangun dari tidur. Semuanya nampak sempurna.

Heeseung yang tidak tahan mulai mengecupi wajah Jake. Mulai dari kening, mata, kedua pipinya, hidung hingga bibirnya. Heeseung beberapa kali mengecup bibir manis Jake. Heeseung menatap wajah Jake yang mulai memerah. Detik berikutnya Heeseung kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Jake, membawanya pada sebuah ciuman dalam. Di tengah ciumannya, Heeseung bisa merasakan tangan Jake melingkar di lehernya. Heeseung pun menarik pinggang Jake hingga tak menyisakan jarak di antara mereka. Keduanya larut akan ciuman manis yang selalu menjadi candu bagi mereka. Keduanya terus saling merasakan rasa manis bibir satu sama lain tanpa ada niatan untuk mengakhirinya.

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang