Part 29

1K 153 2
                                    

Musim gugur telah berlalu, berganti menjadi musim dingin. Warna coklat kejinggaan yang mewarnai seluruh kota berubah menjadi warna putih karena salju yang menyelimuti. Udara pun semakin dingin, membuat orang-orang mulai menyalakan penghangat mereka. Mengeluarkan selimut-selimut tebal untuk membungkus tubuh di kala malam.

Hari natal pun sudah di depan mata. Tepatnya besok. Pohon-pohon natal dengan berbagai ornamennya mulai menghiasi sudut rumah-rumah. Seluruh sudut kota juga mulai dihiasi berbagai macam pernak-pernik khas natal. Warna merah dan hijau dari beragam hiasan cantik nampak kontras dengan putihnya salju.

Heeseung tengah menghabiskan waktunya di kediaman Jake. Sejak pagi dia datang kesana untuk membantu menyiapkan keperluan natal. Heeseung tidak akan menghabiskan natal bersama Jake karena dia ingin kekasihnya menghabiskan natal bersama sang ayah. Heeseung tidak ingin menganggu waktu mereka berdua. Meskipun sesungguhnya dirinya sama sekali tidak mengganggu. Bahkan Ayah Jake mengajaknya untuk menghabiskan waktu natal bersama. Namun, Heeseung menolak.

Jadi, hari ini dia menemani Jake berbelanja keperluan natal lalu membantu menyiapkannya di rumah. Sebelum esok hari dia akan berdiam diri di apartemennya untuk merayakan natal sendirian atau mungkin dengan terpaksa dia akan pulang ke tempat yang disebut rumah, bertemu kedua orang tuanya dan juga kakak laki-lakinya.

Jake duduk di sofa sendirian sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Wajahnya nampak cemberut dan pandangannya tertuju pada Heeseung dan sang ayah. Jake tengah kesal karena Heeseung lebih banyak menghabiskan waktu dengan sang ayah seharian ini. Dia tidak tau sejak kapan kekasihnya itu begitu akrab dengan sang ayah. Mereka selalu terlihat berbincang, entah tentang topik apa. Namun, Heeseung nampak banyak bicara bersama sang ayah. Padahal pada dirinya saja Heeseung masih lebih banyak diamnya.

Jake mendengus kesal lalu memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Toh, disini dia tidak dibutuhkan.

Tuan Shin dan Heeseung terkejut saat mendengar suara pintu yang tertutup dengan keras.

"Ada apa dengan anak itu ?"

"Entahlah paman"

Jake berbaring telungkup di tempat tidurnya. Sudah setengah jam dia berada di kamar tapi tidak ada tanda bahwa dia akan menyelesaikan acara mutungnya ini. Dia masih kesal pada Heeseung yang lebih memilih bersama sang ayah dibanding dirinya.

Pelan terdengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Jake tidak bergeming. Tak lama pintunya terbuka, menampakkan sosok Heeseung disana.

"Jake, boleh aku masuk ?"

Tidak ada jawaban.

"Aku masuk ya"

Tanpa menunggu persetujuan dari Jake, Heeseung oun masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di tepi ranjang.

"Kau kenapa ?"

Jake diam.

Heeseung menghembuskan nafas pelan.

"Jake"

Lagi-lagi Jake diam.

"Apa aku ada salah padamu ?"

Masih tidak ada jawaban.

"Kalau iya, katakan Jake. Kalau kau begini mana aku tau"

Jake masih diam.

Heeseung menghela nafasnya.

"Baiklah kalau kau tetap diam. Aku pulang ya. Kita bicaran nanti kalau kau sudah mau bicara"

Jake yang mendengar Heeseung hendak pergi pun terkesiap. Dia dengan sigap bangun dari baringnya lalu dengan cepat meraih lengan Heeseung yang sudah bersiap meninggalkan kamarnya.

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang