Part 32

1K 140 8
                                    

Satu minggu sejak kenyataan masa lalu itu terungkap. Jake masih mengurung dirinya dalam kamar. Dia sudah tidak berfikir soal hidupnya. Dia bahkan lupa kapan terakhir kali dia mengisi perutnya. Setiap hari sang ayah akan datang untuk mengantar makanan, namun Jake hanya menyentuhnya jika dia ingat jika dia belun makan apapun. Jake yang dulu periang berubah menjadi Jake yang pendiam. Tak ada senyum lebar miliknya yang selalu dia tebar.

Sang ayah merasa agak bersalah telah membuat putranya menjadi seperti ini. Dia tidak tau Jake akan begitu hancur karena kenyataan tentang masa lalunya. Dia tidak tau apa yang dipikirkan Jake saat ini. Yang dia tau, Jake hancur. Entah karena dirinya atau karena Heeseung. Hanya Jake yang tau.

Heeseung tak kalah berantakannya dari Jake. Setiap malam dia datang ke depan apartemen Jake. Menunggu disana tanpa ada sedikitpun niat untuk mencoba bernegosiasi dengan Ayah kekasihnya itu. Karena dia tau, disini pihak yang salah adalah dirinya. Lebih tepatnya Ayahnya. Bagaimana pun dia akan memohon pada Ayah Jake, pintu maaf itu nampaknya mustahil bagi Heeseung untuk tembus. Dia akan menunggu hingga lampu kamar Jake mati, memastikan bahwa kekasihnya beristirahat dengan baik. Meskipun dia tau kenyataannya Jake tidak mungkin bisa beristirahat dengan baik seperti yang dia harapkan.

Heeseung meminum gelas berisi alkoholnya untuk ke sekian kali. Hari ini dia hanya berdiam diri di rumah. Selama satu minggu entah berapa botol atau berapa batang rokok yang telah dia habiskan. Dia tidak menghitungnya. Yang dia tau hanya menenggak dan menghisapnya hingga pada titik tertentu dia merasa lelah. Lalu dia akan membaringkan tubuhnya dan tertidur lelap, melupakan sejenak masalah yang tengah dia hadapi.

Karina datang dengan sebuah tas kertas berisi makanan yang dia bawa dari rumah. Saat dua hari lalu dia tiba di Korea dia pikir akan merasa iri pada sahabat kecilnya itu karena melihat kemesraannya dengan kekasih barunya. Tapi yang dia dapati justru Heeseung yang nampak berantakan. Dia tidak punya ide apa yang sesungguhnya terjadi hingga Kakak Heeseung memberi tahu Karina atas apa yang tengah terjadi pada Heeseung dan Jake. Karina begitu prihatin melihat sahabat kecilnya itu. Mengapa cinta pertamanya begitu sulit ?

"Berhenti. Dan duduklah disini. Aku bawakan kau makanan"

Karina meletakkan makanan yang dibawanya ke arah meja makan. Dia mulai menjajah dapur Heeseung untuk menyiapkan makanan yang dia bawa untuk Heeseung.

Sementara itu, Heeseung masih duduk terdiam di tempatnya. Ucapan Karina nampaknya tak dia dengar. Dia masih ingin menuang alkohol yang tinggal separuh.

Karina yang melihatnya buru-buru menghentikannya.

"Berhenti Heeseung. Kau pikir sudah berapa banyak kau minum, hah ?!"

Karina kesal. Dia kesal pada sisi Heeseung yang lemah ini.

"Kenapa kau mudah sekali menyerah, Hah ? Kau bahkan belum melakukan usaha apapun. Dan kau sudah pasrah"

Ujar Karina dengan nada kesal.

"Memang aku bisa apa Karina. Ini bukan masalah sepele. Ayahku telah mengahancurkan keluarga Jake. Bahkan dia sempat terpisah dengan ayahnya. Tidak mudah bagi Ayah Jake untuk memaafkan apalagi mengijinkanku kembali bersama dengan Jake"

Karina memutar bola matanya jengah.

"Kenapa kau yakin sekali kalau Ayah Jake tidak lagi memberi kalian restu ? Kau bahkan belum mencobanya Heeseung. Kau belum tau apa yang dipikirkan olehnya. Apa salahnya mencoba ?"

Heeseung diam.

"Cobalah untuk memohon padanya. Bicarakan baik-baik dengannya. Mungkin dengan begitu kau bisa temukan cara untuk mendapatkan kembali Jakemu itu. Bukannya hanya diam seperti ini"

Heeseung menghembuskan nafas lelah.

"Kenapa harus aku yang menanggung kesalahanmu Yah ? Kenap ?"

Dalam hati Heeseung.

Just A Little BitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang