💌 TIGA PULUH LIMA 💌

609 42 20
                                    

Seperti di dalam sinetron, petir tiba-tiba saja menggelegar kala pintu terbuka dan memperlihatkan Sela yang berusaha mengontrol nafasnya yang tidak teratur. Haila menahan nafasnya melihat wajah Sela yang kentara sekali sedang menahan amarah.

Raja juga Bianca berdiri dari duduknya, Raja menghampiri Sela begitupun dengan Sela yang melangkah cepat menghampiri Raja. Kemudian...

Plak

Raja memegang pipi sebelah kirinya yang baru saja terkena tamparan dari Sela. Bianca terkejut sontak menutup mulutnya dengan mata yang melotot.

"Sel?" panggil Raja sambil meraih tangan Sela. Perlahan air mata keluar dari pelupuk mata gadis itu, namun tatapan tajamnya masih menghunus indra melihat Raja.

"Belum cukup sama Mba Haila aja ya, Raja?" ucap Sela seraya tersenyum kecut. Raja belum memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, tangannya yang tengah menggenggam jari jemari Sela, ditepis begitu saja oleh sang wanita.

"Sampai hati kamu pacaran sama perempuan lain! Ngga cukup kamu sama aku juga mbak Haila. Ngga cukup!?" teriak Sela menumpahkan kekesalannya pada kekasihnya.

"Sela, bentar kamu tenangin diri kamu dulu. Duduk dulu, ya?" Raja mencoba menenangkan Sela, namun Sela memberontak tidak ingin disentuh Raja.

Sela mengusap jejak air matanya, menatap Raja dan Bianca dengan pandangan yang terluka. Jahat, Raja jahat. Sejak kapan mereka berhubungan dibelakang Sela? Kenapa Sela baru tahu sekarang? Sungguh dirinya ingin sekali berteriak meluapkan perasaannya yang terluka.

Raja mencoba memeluk Sela, tapi Sela memberontak tidak ingin di peluk Raja, Raja tidak menyerah hingga akhirnya Sela berada di pelukannya. Sela menangis meraung-raung, sungguh hati Raja tergores melihat kekasihnya menangis seperti ini.

"Bianca, pulang." titah Raja pada Bianca. Bianca yang paham situasi, dan takut terjadi apa-apa kepadanya melilih lebih baik pulang.

Ketika Bianca sudah beberapa langkah dari Raja, tubuh Bianca menegang kala mendengar kalimat yang Raja ucapkan.

"Kita putus, aku sama kamu udah ngga ada hubungan apa-apa. Jangan ganggu aku lagi." begitu kata Raja. Gigi Bianca bergelatuk, menahan kesal. Membalikan badan kemudian melangkahkan kakinya menuju Raja.

Bianca menarik paksa lengan Sela agar terlepas dari pelukan Raja, Sela berteriak kesakitan ketika Bianca mencengkram pergelangan tangan Sela dengan kencang.

"BIANCA!" bentak Raja marah kemudian menampar pipi Bianca cukup keras. Persetan dengan tamparan yang Raja berikan, Bianca balas menampar Sela lebih keras.

Raja marah lalu menyeret Bianca untuk keluar dari rumahnya. Seisi rumah kini dipenuhi suara-suara yang memekakan telinga. Suara Bianca yang berteriak tidak terima diputuskan, suara tangis Sela yang tidak kunjung reda, juga suara tangisan Adel yang merasa berisik mendengar suara-suara tersebut.

Dengan susah payah akhirnya Bianca sudah berada diluar rumah. Raja mengunci pintu tidak membiarkan Bianca masuk kembali.

Kini hanya ada Sela yang masih menangis, namun tidak meraung-raung seperti tadi. Haila berjalan menghampiri Sela lalu membantu Sela untuk duduk di sofa.

Raja mendudukan tubuhnya di samping Sela, menatap Sela dengan tatapan penuh rasa bersalah. Raja tidak tau hal ini akan terjadi, Raja juga tidak mempersiapkan apapun jika seandainya hal seperti ini akan terjadi.

"Maaf, maaf, maaf." Hanya kata maaf yang mampu Raja ucapkan. Bodoh, sungguh Raja menyadari dirinya sangat bodoh. Dirinya pikir, ia cukup bisa menyembunyikan hal ini dengan baik, namun dirinya lupa sedalam manapun dia mengubur bangkai, baunya pasti akan tercium dari luar.

Tapi, itu akan terjadi bila ada celah dari kuburan itu. Raja mendongak menatap Haila dengan tajam, ditatap seperti itu membuat perasaan Haila jadi cemas. Tapi Haila mengubur dalam rasa cemas itu, masih ada beberapa hal yang perlu Sela ketahui.

"Kalau aja mba Haila ngga bilang, mungkin aku ngga akan tau soal ini sampai kapan pun." celetuk Sela tiba-tiba, sudah lelah menangis Sela terdiam menatap layar televisi yang mati dengan kosong.

Mendengar apa yang Sela ucapkan, ternyata benar, Haila penyebab ini semua terjadi. Begitu pikir Raja yang bodoh. Penyebab sebenarnya ini terjadi adalah Raja sendiri, bila saja dirinya tidak serakah mencari perempuan lain sebagai mainan, tentu hal ini tidak akan pernah terjadi.

"Mbak, apa lagi yang aku ngga tau? Bilang sama aku sekarang, biar sakitnya langsung sekaligus ngga antri satu-satu." Raja menatap Haila semakin tajam, seolah mata itu berbicara untuk tidak mengatakan apapun. Namun Haila ingin Sela tau semuanya sekarang juga. Tidak peduli apapun yang akan Raja lakukan padanya setelah ini, yang penting Haila sudah mengatakan semua yang mengganjal dihatinya. Nanti bila mana ia tiada sekalipun ia akan merasa lega jika sudah mengungkapkan kebenarannya.

"Sela, bukan cuma perempuan tadi yang sering Raja bawa kerumah ini. Asal kamu tau, cukup lama aku memantapkan diri untuk kasih tau kamu soal ini, tapi saat ini aku merasa sudah mantap, dan waktunya pun tepat. Sebelumnya ada tiga perempuan lain yang sering Raja ajak kerumah ini,"

"Haila!" tegur Raja memperingati, masa bodoh, Haila tidak peduli.

"Raja cukup sering 'main' bersama mereka. Sumpah demi tuhan hati aku sakit sekali, tapi aku ngga bisa berbuat apa-apa karena aku takut sama Raja. Maka dari itu aku ngga bisa kasih tau kamu soal ini."

"Haila!" tegur Raja kembali. Sela menatap tajam Raja, laki-laki itu terdiam. Mata itu, mata yang tengah menatapnya dengan tajam, Raja bisa melihat kekecewaan yang tersirat di dalamnya. Raja terpukul, sela lebih terpukul sedangkan Haila jauh lebih terpukul.

Raja menunduk dalam, tidak kuat untuk sekedar menatap kekasihnya sekalipun. Haila kembali mengatakan semuanya kepada Sela, lega sekali rasanya menceritakan sesuatu yang sejak dahulu ingin sekali Haila ceritakan.

Hingga cerita itu berakhir, Raja masih saja menunduk.

Sela, Raja juga Haila terdiam. Rumah yang awalnya penuh dengan kebisingan kini sunyi sekali, hanya suara deru nafas mereka yang terdengar. Terutama Sela, hatinya begitu perih mendengar suatu hal yang tidak Sela ketahui soal kekasihnya ini.

Awalnya Sela menyalahkan Haila mengapa dia baru memberitahu ini sekarang, tapi akhirnya ia paham, mbaknya itu takut pada kekasihnya. Bahkan Sela terkejut mendengar bahwa Raja sempat beberapa kali melakukan KDRT pada Haila.

Banyak sekali pertanyaan yang ingin Sela lontarkan pada Raja, namun semua pertanyaannya itu ia telan kembali, terlalu banyak pertanyaan sehingga Sela bingung harus bertanya yang mana dulu.

Sela menarik tas selempangnya lalu berdiri dari duduknya.

"Aku pulang."

"Aku antar!" tawar Raja.

"Ngga perlu, aku bisa sendiri." tolak Sela dengan suara bergetar. Raja tidak mengejar Sela, ia membiarkan perempuan itu pergi sendirian dimalam hari.

Kini tinggalan Raja dan Haila diruangan itu.

***

Hai😁

Maaf ya baru bisa update sekarang '(
Fyi, aku sempet lupa alurnya, karena aku ngga pakai outline. So, kalau ada potongan cerita yang ngga masuk/cocok sama chapter2 sebelumnya tolong dikoreksi ya. Terimakasih banyak♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang