💌 SEPULUH 💌

1K 187 16
                                    

Sudah hampir satu jam Haila terduduk menunggu di pos sedikit jauh dari rumahnya, namun batang hidung Jack belum terlihat juga. Tidak lama kemudian, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.

"Kata kamu berangkat jam delapan, ini baru juga jam tujuh, gimana sih!" Geram Jack. Kemarin Haila bilang berangkat kerumah Nata nya jam delapan aja, maka dari itu Jack mengantar adik perempuannya dulu ke supermarket, tau-tau ketika sedang di supermarket ada telpon dari Haila menyuruh Jack untuk menjemputnya.

Tidak bisa diburu-buru, Jack harus menunggu adiknya selesai belanja dan mengantarkan adiknya pulang dulu lalu menjemput Haila. Haila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia jadi malu tidak konsisten dengan waktu.

"Maaf, Jack," sesal Haila, melihat mata Haila yang sembab, Jack langsung turun dari motornya. Menghampiri Haila lalu menangkup kedua pipi Haila dengan tangannya. Haila terpaku menatap Jack, sedangkan Jack khawatir dan mengusap pipi Haila menggunakan ibu jarinya.

"Kamu habis nangis, ada masalah? Dan kenapa kamu nunggunya disini? Disini dingin." Mulut Haila terkatup, jaraknya yang terlalu dekat dengan Jack membuat Haila merasa gugup. "Lagi berantem ya sama suami kamu?" Lanjut Jack yang terlalu peka.

Haila melepaskan tangan Jack dengan pelan, ini salah, tidak seharusnya Jack berlaku seperti ini padanya. Bagaimanapun juga Haila telah bersuami, namun ternyata Jack tidak perduli dengan statusnya, Jack meraih kepala Haila lalu disenderkan didada bidangnya.

Kenapa harus Jack? Harusnya Raja yang menjadi senderannya ketika dirinya terpuruk, kenapa miris sekali nasibnya? Terlalu banyak tanda tanya didalam hidup Haila.

"Jack aku udah bersuami, kamu ngga seharusnya begini." Perlahan Haila merasakan Jack melonggarkan pelukannya hingga terlepas.

"Maaf, aku cuma ngga mau kamu sedih, jika kamu mau kamu bisa berbagi beban sama aku. Buat apa kamu punya sahabat, kalau kamu masih menyimpan beban itu sendirian." Jack menatap dalam mata Haila, Haila menghela nafasnya lalu mengalihkan pandangannya pada putrinya yang tertidur tanpa alas.

"Ngga semua hal bisa aku ceritakan ke kalian, aku juga butuh privasi Jack, terlebih lagi aku ngga mau nyusahin kalian."

Jack tersenyum, ia mengerti.

"Kamu sama sekali ngga nyusahin, La, kita kan teman. Teman selalu ada dikala suka dan duka."

"Jack, janji ya, diantara aku dan kamu ngga boleh tumbuh rasa cinta selain karna teman."

"Aku ngga bisa janji,"

"Jack ..."

"Haila, jika suami kamu ngga bisa jadi sandaran buat kamu. Izin kan aku untuk jadi sandaran kamu. Aku siap denger semua keluh kesah kamu, sebagai teman aku bakal terus jamin semua teman aku bahagia."

"Jack, boleh aku peluk kamu sebagai teman?"

💋

Nata memeluk tubuh Haila dengan erat, air mata terharu meluncur tidak terlalu deras dari mata cantik Nata, Haila tersenyum dan mengusap bahu Nata pelan.

"Kenapa malem-malem datangnya? Kasian lho Adel kedinginan." Celeteuk Nata setelah melepaskan pelukannya dengan Haila, kemudian Nata meraih Adel dari pangkuan Jack. Jack mendengus, Nata terkekeh, sedangkan Haila hanya tersenyum saja.

Dengan kehadiran Jack atas bantuan Nata yang mempertemukan mereka, Haila melewati hari-harinya dengan ringan, tidak seberat sebelum Jack datang. Karena memang semenjak dirinya menikah dengan Raja, Haila selalu memikul beban yang berat.

"Eh, ayo masuk! Dingin kalau kelamaan diluar."

Haila, Jack dan Nata serta Adel dipangkuan Nata duduk disofa empuk milik Mama Nata. Bisa dijelaskan sedikit, rumah Nata berlantai dua, tidak terlalu luas dan terkesan sederhana bila dilihat dari luar. Tapi ketika melihat bagian dalamnya, rumah Nata ini sangat mewah. Barang-barang mahal seperti Vas, dan pajangan lainnya pasti membuat kamu terkagum-kagum bila melihatnya.

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang