💌 DUA PULUH DELAPAN 💌

613 103 9
                                    

Raja menatap jam dinding yang berada di kamar Adel dengan diamnya. Ia ingin tidur bersama Adel malam ini, tidak ada alasan apapun Raja hanya sedang mau saja.

Tiga hari Haila tidak ada di rumah membuat Raja sedikit rindu pada wanita itu. Biasanya ia tidur bersama Haila, kini wanita itu entah pergi kemana.

Raja menghela nafasnya kasar.

"Mamamu itu sebenarnya kemana sih, Del? Apa perlu Papa mencarinya?" kata Raja pada Adel yang dibalas keheningan. Jelas lah, Adel sedang tertidur.

"Tapi bila dia memang berniat meninggalkan Papa, lalu kita menemukannya, kan ngga lucu kalau Papa disangka merindukan dia." Raja mendengus ketika membayangkan itu benar-benar terjadi.

"Papa ngga rindu Mamamu, ya, Del! Papa cuma merasa sudah terbiasa tidur tidak sendirian, ngga enak kalau tidur berdua sama guling, makanya sekarang Papa tidur sama kamu!"

Raja menghela nafasnya pelan. Sekarang ia terlihat seperti orang bodoh. Berbicara pada seseorang yang sedang tertidur, meskipun seseorang itu terbangun dia tidak akan mengerti dengan apa yang Raja katakan.

"Oke, aku emang rindu dia." gumam Raja. "Cuma sedikit tapi." lanjutnya gengsi pada dirinya sendiri.

***

Adelia duduk di paha Raja seraya sibuk mengulum jari-jarinya sendiri. Sedangkan Raja tengah mengobrol dengan Mamanya. Ya, kini Raja dan Adel tengah berada di rumah sakit.

Teressa heran, tumben sekali Haila tidak ikut menjenguk. Emang terdengar tidak tahu diri sih, ketika Haila ada malah di maki-maki, intinya perlakuan Teressa pada Haila seolah-olah tidak suka Haila berada disana. Eh giliran Haila tidak ada, malah ditanyain.

"Ga usah macem-macem, Mama cuma nanya." Teressa memperjelas.

"Ngga tau, dia kayaknya pergi ninggalin Adel sama Raja." jawab Raja setelah menggidikan bahunya. Arman yang berada di sofa anteng menonton Putra bersama Istrinya itu menghela nafasnya.

"Sudah berapa lama?" tanya Teressa terkejut.

"Empat hari."

"Nah kan, Raja! Sudah Mama bilang dari awal. Dia cuma mau harta kamu aja, Raja! Kenapa ngga dengerin Mama dari awal sih! Rasain tuh ditinggal istri. Mau di taruh dimana coba harga diri kamu?"

Teressa gemas dengan putranya ini. Berulang kali diberitahu bahwa istrinya itu tidak tulus padanya, namun tetap saja Raja tidak menghiraukannya!

"Ya udahlah, Ma. Lagi pula Raja ngga masalah kok ngurusin Adel, Raja sayang sama Adel."

Teressa mendengus. Ya, walapun tidak bisa dipungkiri jika Teressa juga sangat gemas pada cucunya itu. Ingin memangkunya, namun gengsi.

"Tapi masalahnya, kalau kamu mau nikah sama si Sela, dia mau terima Adel ngga?" tanya Teressa membuat Raja terdiam.

"Nah, kan, ngga bisa jawab."

Sejujurnya, Raja tidak yakin bisa menikah dengan Sela.

"Mungkin istri kamu itu pulang kampung dulu kali, Ja." ucap Arman membuat pandangan Teressa maupun Raja beralih pada laki-laki baya namun masih terlihat gagah itu.

"Lupakan." Raja terlihat kurang suka dengan topik ini.

"Oh iya, Papa kok ngga bilang sama Raja kalau pendonor buat Mama udah ada. Habis itu operasinya juga diem-diem tanpa Raja, padahal Raja pengen ketemu sama yang donorin." Raja mendelik kesal pada Arman.

"Ada atau tanpa kamu juga operasi masih tetap berjalan." jawab Arman cuek.

"Tapi kan Raja anak Mama!"

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang