💌 DUA PULUH 💌

776 188 67
                                    

Setelah pertengkarannya bersama Haila, Raja langsung keluar dari rumah meninggalkan istrinya yang tengah menangis. Raja memasuki mobilnya, terduduk dan terdiam. Sialan, kenapa ia jadi menyesal. Tidak seharusnya ia sekesal itu.

Benar, bertahan bersama perempuan itu hanya akan membuat keduanya terluka. Raja harus segera menceraikan Haila. Mungkin itu adalah keputusan yang paling benar menurut Raja.

Meraih ponsel disaku jaketnya, lalu Raja menelpon Sela. Ia khawatir bagaimana keadaan wanita itu. Panggilan berdering, namun panggilannya tidak kunjung diangkat. Raja menggeram, namun panggilan kedua akhirnya diangkat juga.

"Kamu dimana? Baik-baik aja kan?" tanya Raja menunggu jawaban dari Sela. Tidak terdengar suara di seberang sana, membuat kekhawatiran Raja semakin tinggi.

"Sela?"

"Eh, ya?"

"Kamu kenapa? Soal yang tadi ngga usah kamu pikirin ya?" Raja berkata dengan lembut.

"Aku nggak apa-apa, justru aku khawatir sama keadaan Mba Haila, dia ngga kenapa-napa?" tanya Sela, memang nadanya terdengar sedikit khawatir. Raja menghela nafasnya kasar.

"Kamu kenapa baik sekali sih, Sel? Harusnya kamu marah, tapi karena itu aku bangga banget sama kamu."

"Ngomong apa sih? Aku ga ngerti," cibir Sela tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Raja, membuat Raja malah terkekeh. Diseberang sana Sela mengeryit, kenapa kekasihnya itu terkekeh? Ada yang lucu kah dengan ucapannya tadi?.

"Lupakan, oh iya, kamu dimana sekarang?" tanya Raja lagi. Tidak bisa dipungkiri bahwa Raja masih khawatir dengan keadaan Sela, meskipun dirinya telah mendengar suara perempuan itu. Tetap saja rasa khawatir itu masih mencongkol dihatinya.

"Sel?" panggil Raja ketika tidak mendengar jawaban dari Sela, ia melirik layar ponselnya. Masih terhubung.

"Eh, aku ada dirumah temen."

"Tapi kamu baik-baik aja, kan?"

"Iya. Aku tutup ya telponnya, ngga enak sama temen aku."

"Oke, kamu hati-hati disana. Jangan makan macem-macem nanti sakit perut."

"Iya, Raja, bawel!"

Pip

Raja menghembuskan nafasnya lega. Syukurlah perempuan itu baik-baik saja. Lihatkan tadi? Sela mengkhawatirkan orang yang sudah berbuat jahat padanya. Padahal selama ini Sela tidak pernah berbuat jahat pada Haila.

Raja yakin, Haila itu sebenarnya orang yang baik. Namun karena rasa cintanya yang terlalu tinggi padanya, Haila jadi sengaja ingin menjatuhkan Sela. Karena Haila ingin membuat Sela jera, dan melepaskan Raja lalu hidup bersama Raja dengan bahagia. Begitu ekspetasi Haila didalam pikiran Raja.

Raja menatap layar ponselnya yang menampilkan beranda whatsappnya. Banyak pesan masuk yang sengaja Raja tidak balas, kebanyakan kaum perempuan yang mengirimnya.

Raja terkadang membalasnya. Tapi tentunya akan ia pilih-pilih dulu. Yang akan dirinya balas adalah perempuan yang foto profil whatsappnya cantik, dan bila jelek, akan Raja hiraukan. Bila di foto profilnya laki-laki, maka akan Raja baca dahulu, bila penting akan Raja balas. Begitupun dengan foto profil yang tidak menggunakan wajah sendiri atau menggunakan gambar lain.

Raja mendengus lalu mematikan layar ponselnya.

Sebetulnya Raja sedang menimbang-nimbang, malas sekali jika saat ini ia harus masuk kembali kedalam rumah. Pasti perempuan itu sedang menangis, dan akan membuat telinga Raja seperti akan dibuat pecah karena berisik mendengar isakan atau tangisan yang keluar dari mulut istrinya.

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang