💌 TUJUH 💌

1.1K 219 28
                                    

Sengaja tulisannya ngga aku miringin ya, aku pusing nulisnya hhu. Happy reading!

💋

Meskipun ragu, akhirnya Haila mengangguk menyetujui syarat dari Sela. Yang terpenting anaknya nanti tidak bingung menanyakan siapa ayahnya, ya walaupun belum tentu juga anak yang dikandungnya itu anak dari Raja.

Tiba-tiba perut Haila mulas sekali, cairan mengalir dari selangkangannya. Ia jatuh terduduk seraya memegang perutnya. Sela maupun Raja yang melihatnya panik seketika. Pa Husen yang sejak tadi menonton dari kejauhan segera mencari angkutan umum untuk membawa Haila kerumah sakit.

Setelah dapat, Haila digotong Raja, Pa Husen dan satu anak laki-laki Pa Husen untuk memasuki angkutan umum tersebut.

*

22, Maret, 2019.

Bayi kecil yang manis dengan berat badan 3,8 kg telah lahir ke dunia ini dengan normal. Haila yang kondisinya masih lemas tidak henti-hentinya mengucap syukur.

Tangis haru yang mendalam masih menyelimutinya. Rasa sakit setelah melahirkan sirna begitu saja ketika nelihat wajah manis anaknya yang mirip sekali seperti dirinya, mulai dari mata hingga bibir.

Sedangkan Raja, ia hanya diam memandang Haila beserta bayinya secara bergantian. Raja tidak tau harus berekspresi seperti apa. Tapi yang jelas ada sedikit rasa haru melihat tangis bahagia Haila menyambut anaknya.

Puas menatap bayi nya, Haila beralih menatap Raja yang kebetulan tengah menatapnya. Raja yang terciduk segera saja mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Anaknya mau kamu kasih nama siapa?" Tanya Haila pada Raja, Raja sedikit terkejut namun dia dengan cepat menormalkan kembali mimik wajahnya.

"Kenapa harus aku?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin kamu yang memberikannya nama." Jawab Haila seraya mengelus pipi bayinya dengan lembut.

"Kamu saja,"

"Kamu, Ja"

"Kamu"

"Kamu"

"Adel,"

"Hah?"

"Adelia Anindya Baswara. Adelia cantik jelita bercahaya. Itu nama dariku, terserah kamu a--"

"Aku menyukainya. Adelia Anindya Baswara, selamat datang didunia yang kejam ini." Sesaat Raja terpaku dengan senyum penuh arti yang menghiasi bibir Haila.

*

"APA??!! MENIKAH? Kamu bercanda, Ja?" Bentak Teressa-Mama Raja- dengan keras, Sela menelan salivanya dengan susah, ia maju dua langkah mendekati Teressa.

"Ma, mau gimana pun juga Raja harus tanggung jawab. Kalau seandainya Sela yang ada diposisi perempuan itu, apa Mama tega?" Ujar Sela lembut berusaha meyakinkan Teressa. Meskipun dilubuk hatinya yang paling dalam, Sela tidak ingin melakukan ini, namun sisi kemanusiannya lebih besar dibandingkan egonya kini.

"Tapi itu bukan kamu Sel! Mama cuma mau kamu nikah sama Raja, ngga mau yang lain!" Sela tersenyum, ia tahu Teressa hanya ingin menikmati keuntungan harta keluarga Sela saja bila Raja dan Sela menikah.

"Tapi suatu saat nanti Raja bisa bercerai dan menikah sama Sela, Ma." Sela menggapai tangan Teressa, lalu ia genggam. "Plis, setidaknya buktikan kalau Raja tidak se pengecut itu. Sela ngga mau punya suami seorang pengecut, suami Sela harus punya rasa tanggung jawab yang tinggi, Ma."

Teressa menghela nafas kasar, ia melepaskan jari-jemari Sela yang menggenggam nya.

"Terserah. Yang jelas Mama ngga sudi datang ke nikahan kamu sama pelacur itu."

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang