💌 ENAM 💌

1.1K 219 31
                                    

Haila menunduk, Jack mengusap bahu Haila pelan.

"Tidak apa-apa, aku tidak akan memaksa kamu agar bercerita. Jika keberatan, lebih baik tidak usah diceritakan." Kata Jack seolah tahu bahwa Haila enggan menceritakan kisah masalalunya pada Jack.

Haila menggeleng. "Tidak apa-apa, aku akan menceritakannya."

"Hmm, kalau begitu, aku akan menidurkan Adel dikamar atas. Kasihan sepertinya dia mengantuk." Ucap Nata tidak ingin mengganggu Jack dan Haila.

Nata beranjak dari sana membawa Adel kelantai atas.

"Berjanji dulu, setelah aku menceritakan semuanya padamu, kamu tidak akan menjauh. Tetap menjadi temanku, janji?" Haila mengulurkan jari kelingkingnya didepan Jack, Jack dengan senyumannya menautkan jari kelingkingnya dengan jari Haila.

"Dulu aku bukan wanita yang baik, Jack..."

•••••

Flashback

Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi tengah dirangkul pria tampan tapi terlihat urakan. Wanita itu masih berumur 18 tahun, namun ia sudah berani menginjakan kakinya disebuah club malam.

Keadaan yang mengharuskannya datang kesini.

Laki-laki itu dengan lancangnya mengusap bahkan meremas bokong Haila seraya meliuk-liukan badannya mengikuti iringan musik yang mampu memekakan telinga. Sebetulnya Haila risih, sangat risih, namun Haila hanya bisa diam.

"Menarilah sayang" bisik pria itu pelan.

Haila hanya membalasnya dengan senyuman, terlihat sekali jika itu senyum yang dipaksakan. Haila ingin segera menyudahi malam ini, telinganya serasa akan pecah mendengar musik yang berbunyi sangat keras.

"Adit, m-mari segera melakukan itu." Ucap Haila setelah menarik-narik jaket yang laki-laki bernama Adit itu kenakan. Adit menyeringai, ia memajukan wajahnya mendekat pada Haila.

"Kenapa sayang? Kamu sudah tidak sabar, hm?" Bisik Adit tepat didepan telinganya membuat Haila geli. Tangan Haila ditarik Adit hingga memasuki sebuah kamar, Haila tertawa didalam hati. Sungguh miris sekali nasibnya.

*

"Aku sudah transfer bayaran kamu. Aku terkejut kamu masih perawan, aku memberi kamu bayaran lebih untuk itu." Ucap Adit seraya memakai kembali bajunya.

Haila tidak menanggapi apa yang Adit ucapkan. Ia berbaring dengan tubuh polos yang ditutup selimut hingga dada, Haila menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Mahkotanya telah direnggut, Haila tertawa miris. Ia memegang dadanya yang nyeri akibat menahan tangis. Rela tidak rela semuanya sudah terjadi. Haila tidak tahu ia harus bersyukur atau menyesal. Haila bersyukur karna tau pasti Adit memberikannya bayaran yang tidak main-main sehingga Haila bisa membantu ekonomi keluarganya, disatu sisi juga ia menyesal telah memberikan harta berharganya untuk lelaki itu, hanya demi uang Haila sampai memberikan mahkotanya.

Tiba-tiba saja pintu terbuka secara kasar. Haila terperanjat,  ia terkejut ketika seorang laki-laki masuk lalu menutup pintu dengan kasar juga. Laki-laki itu berjalan mendekati Haila dengan sedikit terhuyung. Laki-laki itu memeluk Haila erat.

"Aku kangen, Sel..." Lirihnya. Haila tidak berkutik, ia membeku seketika. Ketika tersadar, Haila melepaskan pelukan itu dengan cepat.

"Siapa kamu? Keluar!" Bentak Haila. Bukannya keluar laki-laki bernama Raja itu malah tersenyum lebar pada Haila, sepertinya Raja mabuk.

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang