💌 DUA BELAS 💌

974 186 32
                                    

Raja dan Haila berlarian di koridor rumah sakit dengan Raja yang menggenggam tangan Haila. Haila bahagia, tapi ini bukan waktu untuk menunjukan rasa bahagianya.

Tidak jauh ada Arman--suami Teressa--yang sedang duduk dengan wajah yang ditutupi kedua tangannya, kentara sekali Arman sangat khawatir dengan istrinya. Raja dan Haila menghampiri Arman.

"Pa,"

Arman menoleh pada Raja. Raja dan Haila menyalimi Arman lalu Raja duduk disamping Arman dan Haila duduk disamping Raja.

"Gimana keadaan Mama?" tanya Raja pelan, Arman menghela nafasnya gusar.

"Mama kamu harus melakukan transplantasi ginjal, nak." jawab Arman dengan nada yang sedikit bergetar. Sejenak Raja dan Haila terhenyak, Raja tau bagaimana sulitnya mencari pendonor ginjal yang cocok.

"Dokter memberi pilihan, hidup dengan satu ginjal atau melakukan transplantasi ginjal. Hidup dengan satu ginjal resikonya terlalu besar, maka dari itu papa akan mencari pendonor ginjal untuk Mama mu. Doakan saja segera dapat." jelas Arman. Raja menunduk lalu mengangguk.

"Iya, pa."

Ketiganya terdiam. Haila sangat terkejut, separah itu? Gagal ginjal kronis tahap akhir? Apa Haila perlu mendonorkan ginjalnya untuk Teressa? Ah tidak, ia masih memiliki Adel dan ingin hidup bahagia bersama putrinya itu. Ngomong-ngomong soal Adel, gadis kecil itu Haila titipkan pada tetangga terdekat, beruntung tetangganya menyambut Adel dengan suka cita.

"Apa Mama boleh dijenguk?" tanya Raja, Arman mengangguk pelan.

"Jangan terlalu berisik, Mama sedang tidur." kata Arman dibalas anggukan oleh Raja dan Haila.

Raja menghampiri Teressa, diikuti Haila dibelakangnya. Raja duduk dikursi samping kiri ranjang Teressa, sedangkan Haila berdiri disamping Raja.

"Ma, Raja datang..." lirih Raja, ia meraih tangan Teressa yang diinfus lalu digenggamnya.

"Cepet sembuh ya, Ma." Haila menatap iba pada Raja, sepertinya Raja sangat terluka melihat mamanya yang terbaring lemah diranjang rumah sakit.

"Kamu sayang banget sama Mama kamu ya, Ja?" tanya Haila. Raja menoleh mendelik tajam pada Haila, apakah Haila salah berucap?

"Apa pertanyaan itu perlu dijawab?"

"M-maaf, aku kan cuma nanya." Raja menghembuskan nafasnya. Bodoh, jelas saja Raja sangat-sangat menyayangi Mamanya, bahkan Raja cinta mati pada Mamanya tersebut. Teressa adalah cinta sejati Raja.

Setelah setengah jam dirumah sakit, akhirnya Haila dan Raja memutuskan untuk pulang. Khawatir Adel akan menangis merindukan ibunya jika ditinggalkan terlalu lama.

"Bantu Papa cari pendonornya ya, jika sudah dapat suruh saja hubungi Papa, semoga saja cocok. Ah ya, bilang juga tidak usah khawatir, Papa akan berikan berapapun yang dia mau."

"Baik, Pa."

💋

Ditengah perjalanan yang lebih didominasi oleh keheningan, Raja teringat sesuatu. Sial, jam berapa sekarang? Raja harus segera bertemu Sela.

Raja meminggir mobilnya kemudian berhenti.

"Kenapa berhenti, Ja?" tanya Haila merasa heran, raja tidak akan menurunkannya disini kan?

"Turun,"

"Hah?"

"Kurang jelas?"

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang