Raja memegang pipinya yang panas dan sangat perih luar biasa, ia menatap kepergian Rista dengan pandangan yang sulit sekali di artikan. Kesadarannya kembali ketika merasakan pipinya berdenyut.
"Aw," ringis Raja, sepertinya ujung bibirnya berdarah. Asin. Tidak disangka, Rista yang sangat manja padanya bisa tiba-tiba menjadi seperti singa liar.
"Ja," panggil Haila. Raja menoleh menatap perempuan itu dengan sebelah alis yang terangkat.
"Masuk dulu, aku obatin lukanya." ucap Haila tulus, kasihan juga melihat Raja yang ditampar berulang kali oleh kekasihnya. Ada sedikit rasa puas juga dihati Haila, rasakan, itu tidak seberapa Raja.
Raja mengangguk lalu mengikuti Haila masuk kedalam rumah. Haila mendudukan Adel yang sudah bangun, dilantai yang hanya beralaskan karpet bulu merah saja. Haila memberikan sebuah mainan agar putrinya tenang bermain.
Raja duduk dekat Adel, ia sedang memperhatikan Adel. Raja akui Adel adalah anak yang manis juga tidak terlalu merepotkan.
Adel tidak seperi bayi yang bisa membuat kepalanya pecah, dia anak yang tenang. Lebih banyak tertawa dari pada menangis. Mudah tidur juga, jadi tidak terlalu repot bila Raja atau Haila ingin menidurkan Adel.
Haila keluar rumah untuk mengambil belanjaan didalam bagasi mobil, ia kembali masuk dengan 3 kantong plastik yang penuh. Raja hanya memperhatikannya tanpa niat membantu sedikitpun.
Sementara Haila menata belanjaan didapur, Raja mengusap kepala Adel sayang. Raja menyayangi Adel, dia salah satu alasan Raja bertahan dengan Haila. Adel juga nama pemberian darinya, Raja bertambah senang bila mengingat itu.
Raja meraih Adel lalu didudukannya dipahanya. Tangannya kembali mengelus-elus kepala Adel.
"Jadi anak yang baik ya, Adel kalau sudah besar harus jadi anak yang sukses. Bisa bahagia kan orang tua Adel kelak. Jangan lupakan papa Raja, ya, sayang..." Raja tersenyum tipis.
Tidak lama Haila kembali dengan kotak P3K dan sebuah ember serta handuk. Haila duduk didepan Raja dan Adel. Sebelum mengobati Raja, Haila sempat mencubit gemas pipi Adel, membuat anak itu tertawa.
Haila mencelupkan sedikit bagian handuk itu kedalam ember yang berisi air, diperasnya handuk itu kemudian ia mulai membersihkan luka Raja.
Setelah membersihkan lukanya, Haila meneteskan betadine ke cotton bud. Kemudian Haila mulai mendekat pada Raja, membersihkan luka diujung bibir Raja. Ia menekan pelan luka itu menggunakan cotton bud.
Sementara Haila membersihkan luka Raja, sendari tadi Raja memperhatikan wajah Haila yang sangat dekat dengannya. Dilihat dari jarak sedekat ini, Raja menyadari, Haila tidak kalah cantik dari para kekasihnya.
Matanya indah, hidungnya terpahat dengan sempurna, lalu bibirnya... Gluk, Raja menelan salivanya sendiri. Jika saja bibirnya tidak terluka, pasti ia sudah melahap bibir tersebut. Sebetulnya, bagi Raja menikah dengan Haila tidak terlalu buruk juga.
"Haila," panggil Raja, gerakan Haila mengobati Raja terhenti lalu mendongak sedikit keatas menatap Raja. Haila tidak menjawab, ia seketika terpukau dengan pandangan Raja yang menatapnya tidak seperti biasanya. Raja menatap Haila lembut. Ditatap seperti itu membuat jantung Haila berdegub kencang.
"Y-ya?" jawab Haila gugup.
"Singkirkan dulu kepalamu."
"Eh? Oh, iya maaf," Haila mundur, jarak Haila dan Raja kini hanya satu langkah saja. Haila masih menunggu apa yang akan Raja katakan. Dirinya sangat penasaran. Raja dan Haila berdehem bersamaan, membuat keadaan makin canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAILA
Romance[Follow dulu sebelum baca ya, artinya kamu support aku^^ Akan direvisi setelah ending.] "Bulan akan tetap bersinar meskipun tanpa aku." -Haila Putri Annisa Hanya cerita kecil saat dunia jarang sekali berpihak kepada ku. Aku hanya bisa menunggu, kapa...