💌 TIGA BELAS 💌

899 186 44
                                    

Pukul 4 sore. Raja juga Sela baru saja tiba dirumah Raja. Akhir-akhir ini bila Raja pulang, rumah selalu tidak dalam keadaan terkunci, Haila juga enggan membukakan pintu untuk Raja.

Setelah Raja dan Sela melepaskan sepatunya lalu ditaruh di rak sepatu, Raja melangkah menuju kamarnya, sedangkan Sela melangkah menghampiri Haila.

"Mba," sapa Sela seraya tersenyum, Haila tidak membalas sapaannya, pandangannya kosong menatap kearah depan.

"Mba..." Masih sama tidak ada jawaban, akhirnya Sela beranjak pindah duduknya disamping Haila.

"Mba!"

Puk

"Eh?"

Haila menatap Sela bingung, namun ketika menyadari didepannya ini adalah Sela--kekasih Raja--tatapannya berubah menjadi sendu.

"Maaf mba, aku nepuk bahunya terlalu kencang ya?" tanya Sela menyesal, ia mengusap-usap bahu Haila pelan.

"Nggak apa-apa. Ada sesuatu yang kamu butuhkan?"

"Ngga ada, tadi aku liat mba ngelamun aja, aku khawatir. Emang mba lagi mikirin apa?" Sela penasaran. Tatapan Sela beralih pada Adel yang sedang memakan pisang di sofa sebelah Haila.

"Aduh mba! Itu kalau mba kelamaan ngelamun terus Adel jatuh gimana?"

Sela beranjak, meraih Adel lalu didudukannya bayi itu dipahanya. Adel tidak menangis ketika Sela memindahkannya, ia masih tenang memakan pisangnya, sesekali bergumam tidak jelas.

Haila menatap pakaian Sela. Masih memakai seragam sekolahnya. Anak itu tidak pulang dulukah? Tidak baik berkeliaran memakai seragam sekolah, apalagi bila dibajunya ada logo/lambang sekolah, itu sama saja mereka membawa nama sekolah. Beruntung bila mereka melakukan hal-hal baik, bagaimana bila mereka melakukan hal yang buruk? Contohnya seperti menjahili orang tua dijalan meskipun tujuannya hanya untuk bahan bercandaan. Yang jelek siapa? Nama sekolah.

"Raja menjemputmu di sekolah?" tanya Haila pada Sela. Sela tersenyum tipis, itu tanda apa yang diucapkan Haila benar begitu.

"Apa kalian sudah menjenguk mama Teressa?"

"Sudah mba, tapi hanya sebentar. Aku sangat prihatin, pasti Raja sangat khawatir pada mamanya." kata Sela. Haila mengangguk, benar, Raja pasti sangat khawatir.

Ia menatap jam dinding lekat. Waktu terasa cepat sekali berputar. Melihat keadaan Teressa, Haila jadi teringat ibunya. Bagaimana keadaan ibunya? Sudah makan kah atau belum? Kira-kira ibunya khawatir atau tidak padanya?

"Ibu..." gumam Haila tanpa sadar. Sela menoleh pada Haila, ada raut kesedihan yang teramat dalam didalam tatapannya. Sela tidak ingin mengganggu.

"Sel," panggil Raja yang baru saja turun dari tangga. Raja terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Panggilan Raja tadi membuat Haila dan Sela menoleh pada laki-laki jangkung itu.

"Ayo berangkat."

"Kemana?" tanya Haila pada Sela.

Sela menggaruk tengkuknya, ia jadi tidak enak memberitahunya pada Haila.

"Jalan-jalan sore--"

"Cuma disekitar taman kok!" lanjut Sela memotong ucapan Raja. Haila menatap Raja dan Sela bergantian. Sedangkan Raja menatap Sela dalam. Haila menelan ludahnya.

"Sebaiknya jangan, khawatir jadi bahan omongan tetangga." kata Haila khawatir. Jelas saja khawatir. Nanti apa kata orang? Suami Haila jalan-jalan sore dengan perempuan lain. Menjadi gosip para tetangga sangat tidak menyenangkan.

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang