Setelah tiga hari melakukan serangkaian tes untuk mengetahui kecocokan darah, dan sebagainya antara Teressa dan Haila, akhirnya hasil telah keluar. Semuanya cocok, Haila bisa melakukan transplantasi ginjal sore ini.
Mengenai umur Haila dan umur Teressa yang bisa dikatakan lumayan terpaut jauh, tentu saja mempunyai resiko yang besar. Tidak ada jalan lain. Jika harus mencari pendonor lain, kapan mereka akan mendapatkannya? Pasti akan memakan waktu lebih lama lagi.
Selama Haila melakukan berbagai tes di rumah sakit, ia tidak pulang ke rumah. Selama tiga hari itu ia tidur di kost yang sudah Arman sewa sebelumnya.
Raja di rumah sudah uring-uringan tidak tahu bagaimana cara merawat Adel, beruntung ada pembantunya yang ikut membantu mengurus Adel selama Haila tidak pulang. Arman juga tidak memberitahu Raja bahwa Mamanya telah mendapatkan pendonor ginjal yang tiada lain adalah istri Raja sendiri.
Raja khawatir kenapa istrinya tersebut tidak pulang kerumah? Apakah istrinya itu pergi meninggalkannya karena Raja yang selalu menyakiti hatinya? Jika benar begitu, harusnya Raja senang. Tapi kenapa ia tidak membawa Adelia!
Ada sedikit kelegaan dihatinya bila benar Haila memang meninggalkannya, namun entah kenapa rasanya Raja tidak rela saja. Marah, Raja juga marah. Kenapa perempuan itu perginya tidak secara baik-baik? Merundingkan dulu semuanya dengan Raja. Kenapa perempuan itu tiba-tiba pergi dan meninggalkan Adel bersama dirinya!
Raja tidak habis pikir. Menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu beranjak dari ranjangnya menuju ruang tamu. Kebetulan tadi ia mendengar bel rumah berbunyi. Raja berpapasan dengan Bi Ijah ditangga.
"Ada tamu, Pak. Perempuan, mau ketemu Bapak." kata Bi Ijah. Raja mengangguk sekali, lalu melanjutkan kembali langkahnya.
Terlihat Bianca yang tengah memakan cemilan di ruang tamu. Raja menghampiri kekasihnya itu.
"Kamu kenapa ngga bilang-bilang mau kesini?" tanya Raja seraya mendudukan dirinya di sofa samping Bianca.
Bianca mendongak menatap Raja lalu tersenyum sumringah. Beranjak dari tempatnya kemudian duduk di samping Raja. Tangannya bergelayut manja di tangan Raja, kepalanya disenderkan pada bahu Raja.
"Aku kangen makanya kesini." Raja kembali menghela nafasnya. Untung saja sedang tidak ada Haila disini, ya sebetulnya ada wanita itu juga nggak apa-apa sih. Raja juga sering berpacaran di depan Haila, tanpa memperdulikan perasaan wanita itu.
"Kamu udah makan?" tanya Bianca dibalas anggukan oleh Raja.
"Oh iya, kamu sejak kapan punya pembantu? Aku baru melihatnya. Kenapa juga kamu cari pembantunya yang muda sih? Kan banyak yang udah tua-tua!" Bianca merenggut. Raja berdecak kesal.
"Bawel!"
"Ish! Raja, jalan-jalan, yuk?"
"Kemana?"
"Kemana aja, aku bosen."
Raja menimbang-nimbang. Boleh juga sih, ia juga sedang bosan di rumah.
"Oke, aku ambil jaket dulu di kamar."
Raja berjalan menuju kamarnya, namun sebelum ke kamarnya, ia menyempatkan diri ke kamar Adel terlebih dahulu.
"Bi," panggil Raja pada Bi Ijah.
"Iya, Pak?"
"Saya titip Adel, mau keluar dulu sebentar. Nanti gajih kamu saya naikin kok!" ucap Raja dibalas anggukan Bi Ijah seraya tersenyum senang.
***
Arman menunggu di luar ruang operasi dengan perasaan yang cemas sekali. Takut bila operasi tidak berjalan dengan lancar, namun Arman harus yakin dan terus berdoa semoga operasinya berjalan dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAILA
Romance[Follow dulu sebelum baca ya, artinya kamu support aku^^ Akan direvisi setelah ending.] "Bulan akan tetap bersinar meskipun tanpa aku." -Haila Putri Annisa Hanya cerita kecil saat dunia jarang sekali berpihak kepada ku. Aku hanya bisa menunggu, kapa...