💌 TUJUH BELAS 💌

805 182 26
                                    

Vote dan komennya ya❤

***

Malam ini Jack tengah menghabiskan waktunya bersama keluarganya. Bercanda bersama adik dan orang tuanya, oh itu sangat menyenangkan sekali. Tapi cukup menyebalkan juga, seperti yang dialami Jack sekarang.

"Sinta, sudah cukup!" Jack menggeram marah, lalu setelahnya ia tertawa ketika adik perempuannya yang berusia 15 tahun itu menggelitiki telapak kakinya.

Jack berusaha ingin melipat kakinya, tapi susah sekali karena adiknya itu menahan kakinya dengan kuat seraya menggelitiki telapak kakinya. Jack yang lemah karena tertawa tidak mampu melawan.

"Cukup! Haha, sudah! Sinta!"

"Kamu lucu ka! Haha," Sinta semakin gencar mengganggu kakanya, hingga intruksi dari Alexa menghentikan aksinya.

"Mama mengganggu saja!" kata Sinta sedikit kesal. Jack mengatur nafasnya agar kembali bernafas dengan normal lalu mendelik pada adiknya.

"Sudahlah, apa kamu tidak kasihan melihat kakamu yang sudah memohon memintamu untuk berhenti?" ucap Alexa menahan tawa, Sinta tertawa menyeringai.

"Huh, kaka kapan punya anak sih! Aku ingin punya teman bermain dirumah, bosan rasanya dirumah hanya bermain ponsel saja." Alexa mengangguk membenarkan ucapan Sinta.

"Mama juga pengen cepet-cepet gendong cucu..." sahut Alexa pelan. Jack menghela nafasnya pelan, lalu beranjak memeluk mamanya dari samping.

"Jack belum ketemu yang pas, ma."

"Inget lho Jack, mama sama papa ini sudah tua." lirih Alexa, Jack semakin mempererat pelukannya.

"Iya, dulu papa menikah dengan mama mu ketika papa berusia 20 tahun. Kamu sudah besar seperti ini belum juga menikah, mau papa kenalkan dengan anak teman-teman papa? Papa sama sekali ngga keberatan kok!" ucap papa Jack.

"Apa sih pa! Papa kan menikah sama mama karena dijodohkan, dulu nikah umur 20 tahun itu emang ga aneh. Tapi sekarang udah beda lagi, minimal laki-laki nikah itu umur 30 tahun!"

"Terlalu tua itu, nak!" sahut Alexa seraya menepuk kening putranya. Jack merenggut.

"Nanti kalau Jack nikah, Jack ngga bisa lagi dong peluk-pelukan sama mama kayak gini..."

"Loh, kan enak ada istri kamu. Minta peluk aja sama istri kamu, mau minta lebih juga nggak apa-apa."

"Papa!" tegur Alexa. Yang lainnya tertawa, termasuk Sinta. Jack melepaskan pelukannya dengan Alexa, lalu menatap Sinta dengan seringaiannya.

"Emang kamu ngerti apa maksud papa, dek?" tanya Jack. Sinta memberikan cengirannya membuat Jack gemas, dengan cepat Jack meloncat lalu menggelitiki perut adiknya dengan kedua tangannya.

"Kecil-kecil pikiranmu sudah tau yang begitu ya!!"

"Haha udah ka! Geli ka! Udah! Hahaha..."

****

Malam hari yang lumayan dingin ini membuat Haila entah mengapa jadi ingin memakan bakso. Haila menatap Raja yang sedang bermain dengan putrinya. Mau kah Raja mengantarnya membeli bakso? Ah, rasanya tidak mungkin. Terpaksa Haila harus membelinya sendiri.

Haila menuangkan air dari teko ke gelasnya, ini air hangat. Setelah menandaskan minumnya, perlahan ia beranjak melangkah menghampiri Raja, kemudian duduk disamping Raja.

Uang Haila masih ada sisa-sisa belanja kebutuhan pokok, jadi ia tidak perlu lagi meminta uang pada Raja.

Haila meraih ponselnya disaku celananya. Ia menyalakan data lalu beralih pada aplikasi whatsapp dan mencari kontak temannya, Jackson.

HAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang