"Halo?"
"Halo sayang, bagaimana kabarmu?"
Suara itu, tidak salah lagi. Haila membeku, tubuhnya seperti patung tidak bergerak. Mulutnya terkatup rapat. Kenapa dia harus kembali?
"Adit?"
****
"Kamu mengenaliku, eh?" ucap Adit diseberang sana seraya tertawa. Perasaan Haila semakin tidak enak, sungguh.
"Ada urusan apa kamu menelponku?" tanya Haila tidak ingin berbasa-basi. Adit tertawa membuat Haila mendengus. Sudah tidak waraskah laki-laki itu? Apakah ada yang lucu?
"Bagaimana keadaan anak ku?"
"A-anak?" beo Haila. Haila menelan ludahnya kasar. Ia menggenggam ponselnya kuat.
Bagaimana Adit bisa tahu? Selama ini dirinya tidak pernah memberitahu Adit mengenai anak kandungnya. Nata? Jack? Mana mungkin mereka membocorkannya, Haila percaya pada keduanya."Iya anak ku,"
"Aku tidak punya anak, Adit." Haila berusaha menormal-kan nada bicaranya, meskipun tangannya sedikit bergetar, hatinya cemas menunggu apa maksud Adit sampai menghubunginya kembali.
"Oh ya? Jangan berbohong, percuma sayang. Aku tau benihku tumbuh di rahim-mu." Adit tertawa, menjengkelkan. Jika sekarang ia ada didepan Haila, mungkin Haila sudah menendang tulang kering laki-laki itu.
"Jika kamu tau aku mengandung bahkan melahirkan anakmu, kenapa baru sekarang kamu menghubungiku? Kenapa kamu tidak ingin bertanggung jawab?" tanya Haila. Sesaat Adit terdiam, kemudian menghela nafasnya pelan.
"Haila, bukankah dari awal perjanjian diantara kita, bila kamu hamil aku tidak akan bertanggung jawab, kan?" tanya Adit, kini giliran Haila yang terdiam. Benar juga, tapi kenapa laki-laki itu tidak memakai pengaman?
"Lalu kenapa kamu tidak memakai pengaman?"
"Sudahlah, tidak perlu diungkit kembali. Oh atau kau ingin melakukannya kembali bersamaku, eh?" Adit terkekeh, Haila semakin geram tidak tertahan.
"Kita sudah tidak ada urusan lagi, kamu tidak ingin bertanggung jawab, baik aku tidak meminta pertanggung jawabanmu. Tapi tolong untuk jangan mengganggu aku lagi, urusan kita sudah selesai."
"Siapa bilang sudah selesai?"
"Aku,"
"Selama anak itu masih hidup, urusan kita belum selesai, Haila. Aku ingin bertemu dengan dia, jangan halangi aku. Bagaimanapun juga dia anak-ku juga. Silahkan kamu yang tentukan kapan kita bertemu, aku menunggu pesan darimu." jeda sejenak
"Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, Haila. Ah, aku ada urusan sekarang. Segera hubungi aku lagi nanti."
Pip
Telpon dimatikan sepihak.
Tidak! Apa maksud laki-laki itu? Hanya ingin bertemu dengan Adel, kan? Hanya itu, kan? Tidak ada maksud yang lainnya, kan? Syukur bila benar begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAILA
Romance[Follow dulu sebelum baca ya, artinya kamu support aku^^ Akan direvisi setelah ending.] "Bulan akan tetap bersinar meskipun tanpa aku." -Haila Putri Annisa Hanya cerita kecil saat dunia jarang sekali berpihak kepada ku. Aku hanya bisa menunggu, kapa...