Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
Arion Point of view
Jam ditanganku menunjukkan pukul 5 sore. Semburat kuning oranye senja mewarnai cakrawala. Kanan kiri jalan pepohonan cemara. Udara bersih pegunungan memenuhi paru paruku.
Jam di pergelangan tangan ini milikku sendiri. Aku sebisa mungkin meninggalkan pemberian David. Aku takut dia menyimpan semacam GPS atau apalah yang dapat melacak keberadaanku. Orang kaya suka begitu kan.
Aku menumpang mobil bak terbuka yang mengangkut sayuran dan buah menuju desa. Di desa aku memiliki paman dan bibi dari sisi ibu. Paman Ari dan Bibi Lina. Mereka baik dan selalu menerima kedatanganku. Setidaknya aku ingin menenangkan diri dulu di sana. Udara pedesaan akan membantuku berfikir jernih.
"Pak berhenti di depan," kataku kepada pak supir.
Aku turun dan mengucap terimakasih, mobil berlalu pergi.
Udara pegunungan yang dingin dan sinar matahari sore menyapa kulitku. Aku lupa kapan terakhir kali mendapat positif vibe seperti ini.
Di sekelilingku hijau, sejauh mata memandang hanya ada perbukitan. Jalan yang kulalui tadi berliku dan becek akibat hujan. Desa ini cukup jauh dari kota. Butuh 6-5 jam setidaknya sampai aku menemukan gedung tinggi dari sini.
Aku menyusuri jalan setapak kecil menuju desa terdekat dimana paman dan bibi tinggal. Bibi adalah adik dari ibuku menikah dan hidup di desa ini mempunyai satu orang anak seusiaku bernama Lilian yang bergender seorang omega.
"Ariooooon!" teriakan cempreng itu tidak usah ditanya pasti Lilian. Dia berdiri membawa bakul tanaman dan berlari menghambur ke arahku. Memelukku erat.
"Kamu apa kabar? Kenapa kamu ada di sini? Ya ampun kenapa baru main sekarang? Kenapa kamu gak pernah main lagi?" rentetan pertanyaan itu diakhiri wajah cemberut.
Lilian masih sama seperti yang aku ingat 3 tahun lalu ketika berkunjung dia gadis cantik, manis, dan ceria. Wajahnya seperti ceri. Matenya pasti beruntung mendapatkan Lilian.
"Aku baik Lian, aku juga sehat. Maaf karena jarang berkunjung kalian karena sekolahku begitu sibuk. Gimana kabar kamu, bibi, dan paman?"
Gadis itu menjentikkan jari,''Aha! Aku sudah punya adik.''
Semenjak tiga tahun lalu ditambah perceraian mama dan papa kami kehilangan kontak. Selain itu, nomor ponsel Bibi Lina ada di ponsel mama. Aku tidak menerima kabar apapun dari mereka. Selain itu jarak yang jauh dan ongkos menyebabkan aku urung ke desa ini. Untung saja tadi aku naik mobil gratis.
"Bisa aja kamu yaaa, kabarin aku dong lain kali. Kalo kamu udah ketemu mate- aku juga ketemu mate kita bakal susah ketemu lagi."
Deg.
Hatiku mencelos.
Sudah jauh sekian ratus kilometer darimu. Masih saja ada yang mengingatkanmu padaku, Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate: David and Arion (END)
Teen FictionArion yang baru berumur 17 tahun bertemu matenya di minimarket. Kacau. Ternyata mate nya seorang laki laki dewasa dan hot berusia 40 tahun. Tidak pernah terbayang di hidup Arion harus mempunyai mate laki laki dan bertemu secepat ini. Bagaimana sikap...