9. REFLECTIONS

19.3K 2K 23
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Arion Point of view

#Dreaming

Aku kaget sekali David masuk ke kamarku di rumah Bibi Lina. Aku baru bangun tidur dan sudah mendapat kejutan. Apa-apaan. Dia sudah menemukanku, secepat ini?

Dia mencoba menjangkauku di ruangan sempit ini. Aku refleks mundur kebelakang ranjang mengambil jarak terjauh sambil menggenggam erat selimut.

Nafasku memburu dengan jantung berpacu. Tubuhnya yang tinggi menjulang berada di depanku, bisa meremukkan aku dengan mudah. David memakai setelan seperti yang kemarin aku lihat tapi.. tampilannya kacau dan kusut. Tidak ada ekspresi di wajahnya hanya datar dan menusuk padaku. Feromonnya terasa mencekik membuatku semakin yakin inilah hari terakhirku di dunia. Meninggal karena kabur dari matenya.

Aku makin beringsut ketakutan ketika dia menaiki ranjang mecoba menangkapku- berhasil dan menaruh tubuhku di pangkuannya.

"Dave.." cicitku takut.

Dia tidak menggubrisku. Tapi gerakannya, aku melotot kaget saat dia menyibak kerah hoodie dan mengelus tengkukku di sana. Pada tanda yang beberapa hari lalu muncul karena kami mating. Kembali terasa panas menyakitkan.

Aku mencoba melepaskan diri. Aku tau apa yang akan David lakukan.

"Dave.. No!" Segala cara kulakukan, menendang, mendorong, dan menjambak, tapi aku seolah bayi dalam dekapannya. Satu lengan besarnya mencengkram pinggangku kuat dan satunya lagi mengelus tengkuk. Dia hanya fokus mengelus tengkukku seolah bermain disana menyebabkan aku pening dan panas. Hukuman.

"Aku tidak bisa mencium baumu.." dia berkata datar namun serak.

"Bau yang aku suka."

Sakit..

David hanya berbicara seperti itu.

Aku mulai terisak menangis sesaat bau feromon lain bertambah. Feromon David siap untuk mated seksual. Tidak, tidak boleh terjadi. Aku belum siap, tolong jangan.

Aku berteriak kencang memanggil Paman dan Bibi. Kemana mereka? Bersembunyi? Takut pada David? Pergi ke ladang? Tolong aku! Aku akan dipaksa mated!

David memperbaiki posisi pangkuanku ditubuhnya. Aku masih menangis dan meronta mencoba menjauhkan tangannya dari tengkuk.

"Dave.. hiks hiks.. please no. Aku belum siap."

"Dave please.. harus benar-benar tiga bulan please.. hiks," David masih tetap memijat tengkukku mungkin berharap feromonku keluar dari sana. Dia terlihat frustrasi tidak bisa mencium feromonku.

"Maaf.. maafkan aku sudah kabur. Aku hanya butuh sendiri hiks.. hiks.. hanya sebentar saja.. tolong aku belum siap Dave," aku terisak gemetar sembari menyentuh lengan Dave yang di tengkukku.

"Dave, Dave.. look at me. Kamu sayang padaku kan?" Aku merangkum wajahnya yang kusut, mencoba mengalihkan perhatian. Mengigit bibir, putus asa semua perkataanku tidak ada gunanya.

"Dave!"

Aku bertambah kaget ketika David menjilat tengkukku menyedot tanda dimana dia harus mengigit. Geliat tubuhkupun tidak dia pedulikan karena hari ini David tidak ada di sini.

Hanya waktu yang menentukan kapan taringnya akan keluar lalu menancap di sana.

Aku semakin membabi buta. Kami memang akan dan harus mated, tapi bukan begini caranya. Satu sama lain harus rela dan bersedia tanpa paksaan.

"Kenapa tidak bisa.." David menjauhkan bibirnya dari tengkukku, tatapannya nanar. Ada saliva yang berantakan di mulutnya. Menyisakan ngilu dan panas di tengkuk.

"Kemana baunya hilang?" Dia berbicara pada diri sendiri, kecewa.

Tak sekalipun menanggapi aku.

Aku semakin menangis, mulai dihinggapi rasa bersalah. Separah inikah sakit yang aku torehkan padanya.

Dia sudah menungguku selama 23 tahun dan aku hanya karena labil pergi meninggalkannya. David sudah melalui banyak penderita, kesepian, dan penantian menungguku. Dan aku.. pergi.

"Arion.. kenapa?"

Dia masih kukuh menghisap tengkukku tidak sekalipun mengeluarkan taringnya. Kecewa mengapa feromonku tidak mau keluar.

Satu bulir airmata menetes di pundak ku. Air mata David.

Dukung author dengan vote 🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dukung author dengan vote 🥺

Mate: David and Arion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang