12. CONCEPT

20.1K 1.9K 43
                                    

Dukung author dengan vote 🥺

Arion Point of view

Tidak terlihat tanda-tanda David marah.

Aku mengajak dia berkunjung ke rumah Bibi Lina. Rumah selama seminggu ini kabur. Konyol sebenarnya, aku yang kabur aku juga yang mengajaknya berkunjung.

David memakai pakaian santai kaos polo abu berkerah dan jeans hitam. Membuatnya tampak manusiawi dibanding jas kantor dan celana hitamnya. Namun aura rich  dan kharisma dominannya seorang tidak bisa disembunyikan.

David datang sendirian mengendarai mobil selama lima sampai enam jam ke desa ini. Mobil pria itu terparkir di lapangan bola yang sedang kosong.

Kami berjalan beriringan di jalan tegalan dengan bergandengan tangan. Aku menatap perbedaan tangan kami yang jauh. Telapak tangan David lebar dan besar berhasil menutupi dan menggenggam tanganku. Hangat.

Tiba tiba aku jadi ingat Tante Lidya.

"Tante Lidya gimana?" Aku bertanya pelan.

"Lidya? Hmm dia sedang disiksa," aku melotot kaget lantas melepaskan genggaman tangan kami tetapi tidak bisa karena dia menggenggam erat.

Aku memicingkan mata bengis dan bertambah kesal ketika melihatnya tertawa.

Apakah menyiksa orang begitu lucu?

Kamu yang lucu maksudnya

"Ternyata ide itu berhasil," David malah tersenyum.

Aku menatap tidak mengerti. Ide apa maksudnya?

"Aku tau kamu tidak akan pulang hanya dengan kedatanganku atau ancamanku. Aku berkunjung ke rumah Lidya tadi pagi. Beruntungnya saat itu kamu menelpon. Lidya tahu kamu menyayanginya. Dia membuat dirinya seolah-olah disiksa di telepon. Padahal sebenarnya kami hanya duduk minum teh biasa hahaha."

Mendengar itu aku semakin ingin melepaskan genggaman tangan kami. Lucu ya? Lucu sekali mempermainkan aku.

"Arion.."

Namun David tidak melepaskan genggaman tanganku. Kami berhadapan dengan David menatapku tenang, tenang dan menghanyutkan membawaku mengalir jauh ke dalam matanya yang dalam. Sebuah elusan kurasakan di pucuk kepala. Aku tidak tahu mengapa.. namun biasan sinar matahari sore yang menerpa wajah David, tampan sekali.

Aku menunduk entah mengapa.

"Dan alasan mengapa aku menemukanmu adalah.. ini."

David membawa tanganku dan mengelus jam tanganku.

Hah? Maksudnya?

"Aku memasang sesuatu di sini,"jelas pria itu.

Aku memberontak dan hendak lari. Dia gila, mengawasiku sampai sebegitunya. Rasa takut akan terkekang kembali menghantuiku. Aku kan cuma kabur sementara saja sampai sebegitunya, sampai dia memasang GPS segala! Mau gak mau aku pasti akan kembali kok walau nangis-nangis dulu kok David posesif banget. Namun David tidak melepaskanku rontaanku begitu saja. Dia mendekapku begitu erat.

"Dengar Arion, sejak aku bertemu kamu, maka kamulah duniaku. Aku sudah menunggu sangat lama untuk ini, untuk bertemu kamu. Kamu tidak akan tahu bagaimana aku melewatkan tahun-tahun menyakitkan tanpamu. Jika kamu pergi, aku juga kehilangan duniaku. Jadi, jangan pergi..

"Kenapa kamu mau pergi?"

Aku hanya terdiam. Bingung bagaimana menjelaskannya.

Aku takut..

"Aku tau."

"Aku sudah mendengarnya," David mencium rambutnya.

"Kamu pikir aku sejahat itu?''

Mate: David and Arion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang