48. QUESTION

7K 686 20
                                    

Dukung author dengan vote terimakasih

Author point of view

Rumah terpencil itu begitu mungil di tengah belantara pedalaman Surgut. Malam hening hanya terdengar suara hewan hutan di kejauhan.

Keenan duduk di depan jendela menatap cincin di jemarinya dengan gamang. Cincin yang diberikan Aro tiga bulan lalu saat mereka mengikat pertunangan. Pertunangan itu juga sepi cenderung muram, tidak ada teman maupun keluarga. Dia tidak mengerti mengapa keluarga Aro tidak pernah suka padanya. Mereka tidak bilang langsung membencinya, tapi Keenan tahu mana tatapan suka, kasihan, dan sinis.

Hanya senyum menenangkan Aro yang membuatnya yakin menerima pria itu. Benar, Keenan tidak butuh keluarga Aro dia hanya butuh pria itu. Maka, mereka meninggalkan segala kemewahan keluarga Romanov di Moscow, Aro membawa Keenan pergi agar anak itu merasa nyaman dan mereka dapat hidup berdua tanpa merasa dibenci keluarganya.

Hanya itu yang dimengerti Keenan. Tapi yang sebenarnya? Aro semakin membawa kabur jauh, menyembunyikannya dari dunia luar.

''Kamu belum tidur?''Aro memeluk dari belakang lalu memberi satu kecupan di pipinya yang halus. ''Aro.. boleh aku tanya?''Keenan menatap lurus cincin cantik di jari manisnya.

''Sure.''

''Apakah.. ini benar-benar cincin keluargamu?''Keenan mengelus berlian itu perlahan. Aro mengumpat dalam hati ketika isi kepalanya berdengung mendengar pertanyaan itu. Namun dia hanya semakin mengeratkan pelukan di pinggang Keenan,''Itu cincin keluarga Romanov, aku sudah bilang dulu kan. Kenapa?''

Aku merasa tidak pantas dan aneh kamu tahu?

Keenan mengangguk melipat bibirnya menahan kata. Pemuda itu kini berbalik menghadap pria besar ini dan duduk di pinggir meja cabinet. ''Hey hehe jangan kesal kamu tidak boleh kesal yaa,''Keenan terkikik.

''Pertanyaanmu aneh,''

Satu tahun berlalu dan Keenan yang ada sekarang sudah pandai menggoda pria. Jemari lentiknya menyusuri rahang lalu turun ke leher sang alpha dengan tatapan semanis madu memandang prianya. ''Em.. Boleh aku tanya lagi?'' 

Aro menghela nafas,''Apa?''

Keenan memandang Aro menatap mata pria itu dalam sambil memainkan kancing baju prianya,''Bagaimana awal kita bertemu? Aku tau-aku tau kamu bilang kamu menemukanku pingsan di jalanan tapi pasti ada sesuatu yang lain kan? Tanda pengenal, barang bukti, mungkin tas, surat pembunuhan apalah itu pasti ada kan? Aku tidak percaya.. Namaku hanya Keenan saja?''

''Kamu tidak percaya padaku?''

''Bukan begitu Aro.. tapi penjelasanmu aku korban penculikan yang dibuang begitu saja? klise sekali.''Keenan menatap Aro dengan sakit.

Pertanyaan mengenai asal usul dan bagaimana dia bisa bertemu dengan Aro masih misteri. Aro bilang dia ditemukan tergeletak lemah di pinggir jalan begitu saja seperti korban penculikan dan ketika bangun Keenan sudah amnesia. Hanya ada tanda selembar kertas bertuliskan Keenan.

Awalnya dia pikir itu lucu dan langsung tertawa terbahak-bahak. Hanya selembar kertas dengan tulisan juga bisa dibuat semua orang, termasuk Aro sendiri. Itu gampang, tinggal coret-coret buat nama Keenan dan selesai. Gampang sekali.

Tunggu, kenapa dia jadi curiga begini? Keenan menelan ludah. Tapi bisa saja kan?

''Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Kamu tidak percaya padaku? Aku matemu.''

Ditodong demikian Keenan tergagap tidak bisa berkata-kata. Dia bahkan tidak bisa lagi menatap Aro 'matenya', matanya berpendar kesana kemari.

''Aku bahkan tidak ingat kita mating..''suaranya mencicit kecil.

Pertanyaan terbesar Keenan keluar disusul air matanya yang menetes di pipi. Sementara Aro merasakan hatinya meluruh sakit bersama ketakutan besar yang menghantam kepala.

Bagaimana jika Kenannya pergi lagi?

''Kenapa aku tidak ingat? Kita mate kan?''Keenan mendongak dengan mata basah menatap Aro yang entahlah.. dia diam tak terbaca.

Kita benar-benar mate kan?

Kenapa dia tidak ingat mengucapkan kata mating. Padahal itu kata penting yang setidaknya diingat seumur hidup. Kenapa amnesia ini merenggut ingatan itu juga, sebenarnya ada apa? Kenapa dia tidak bisa mengingat apapun sekeras apapun mencoba.

''Kita mate aku sudah bilang,''jawab Aro datar.

''Tapi kenapa ibumu bilang feromon kita tidak cocok!'' anak itu akhirnya berseru membuat pria di depannya terdiam.''Feromon kita memang tidak cocok akui saja!''sentakknya keras dengan air mata membanjiri wajah.

Lalu untuk pertama kalinya sejak dia bangun dari pingsan satu tahun lalu dan sejak dia memutuskan menyayangi pria itu, Keenan melihat Aro dengan tatapan gila. Remaja itu mundur menghindar.

''Hey jangan takut Kenny. Kita mate kan?''Aro mencoba memeluk tubuh kecil itu dalam dekapannya meskipun anak itu berontak dia tetap memaksa memeluknya.

Keenan ketakutan untuk pertama kalinya dalam pelukan Aro.

''Betul kita mate.''Aro memeluk erat sambil menghirup lepas feromon manis. Feromon Keenan.. Kenny-Nya.

🦴

Meminum botol anggur dan duduk sendirian di ruang tengah rumahnya pada jam setengah tiga pagi membuat Aro terlihat menyedihkan. Pria itu kembali menenggak wine ke sekian kalinya.

Terdengar suara informan dalam telepon berbicara.

''Mereka sudah datang kemarin dan menginap di Houssen Bello sementara pertemuan dilaksanakan di Gedung Verlove. Alpha Volkov dan Alpha Medvedev dipastikan hadir. Kami sudah hancurkan sampel obat tersisa dan membereskan ilmuan-''

''Apa dia juga ada di sana?''Aro bertanya memotong langsung dengan suara parau.

''Dia?''

''Apa Grant juga datang?''

''...''

''Ahahahahaha bodoh sekali, dia pasti datang!''Aro tertawa sumbang dalam keheningan malam.

''Y-ya dia juga datang''informan itu jadi gugup karena perubahan suara bosnya. Dia tidak tahu apapun masalah sebenarnya. Ucapannya menjadi doa ketika sesosok alpha tinggi besar muncul dari balik tembok. Seseorang yang tengah mereka bicarakan. Tiba-tiba suasana jadi muram, informan tadi merasakan seluruh nadinya menegang.

Namun pria di depannya tersenyum tenang- amat tenang.

Informan itu mundur hendak berlari kencang namun naas dia dikelilingi tembok tanpa jalan keluar. Satu-satunya jalan keluar.. di belakang pria alpha itu.

''Dia pasti datang! Dia pasti datang! ahahahahahaha,''Aro masih tertawa terbahak-bahak di telepon. Benar Aro, dia memang sudah datang.

Informan itu hanya punya waktu dua detik yang diisi dengan terkejut sebelum sebuah pisau kecil melayang mengoyak lehernya dengan cepat. Tepat sasaran.

Mata si informan membelalak terkejut disusul rasa sakitnya sekarat. Tubuhnya dengan cepat meluruh di lantai. Telepon masih berbunyi dengan tawa gila Aro yang menjadi melodi. Tawa gila yang menyedihkan.

Pria itu mengambil ponsel dari tangan si informan yang sudah mati dan menempelkannya ke telinga dengan jelas mendengar racauan si alpha gila.

''Well Hello Sergio Arossen Romanov,''

Aro seketika terdiam dengan mata berubah waspada. Dia menyipit tajam pada ponsel di tangan penuh benci,''Grant?''

Terdengar deru nafas, Aro bisa merasakan lawan bicaranya tersenyum puas.

''Ya, I'm Grant.''

Pertarungan dua alpha utama dimulai.

Dukung author dengan vote terimakasih

8 November 2022

Mate: David and Arion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang