27. ANOTHER SIDE

18.2K 1.6K 9
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Arion tergeletak malas di sofa memandangi David yang hendak pergi bekerja. Dia bosan sekali berdiam diri di rumah hanya untuk menunggui pria itu pulang. Kegiatannya sehari-hari hanya belajar memasak, belajar ujian persamaan, lalu bermain dengan Cello. Lama-lama membuatnya bosan setengah mati.

"Sini aku pakaikan dasi," kata Arion bangkit dari rebahan lalu berdiri di sofa. Tinggi Arion sekarang sebatas hidung, normalnya hanya sampai pundak. David tinggi sekali.

Menatapi Arion yang sebegini dekat dengannya membuat David mengulum senyum apalagi remaja ini perhatian dengan memakaikannya dasi. Sungguh, David sulit sekali untuk tidak terpukau kepada Arion. Bagaimana anak ini memandangnya, dia adalah mukjizat yang diberikan Tuhan kepada David.

"Nah, sudah. Kamu ganteng banget," Arion menatap puas simpul dasinya. Untung saja dia masih ingat cara memakai dasi saat sekolah dulu.

Selanjutnya pelukan hangat Arion rasakan. Pria itu mengelus punggungnya sayang, terpejam menikmati wangi anak itu, dan membayangkan hidup bertahun-tahun dengan feromon ini. Arion merebahkan kepala ke pundak David nyaman.

"Aku boleh tidak ikut ke kantor?"

Mendengar itu rasanya jantung David turun ke perut, mencelos perih. Alpha itu melepaskan pelukannya lalu menatap Arion tidak percaya. Dia tidak belajar kesalahan masa lalu kah? Dia mau kabur lagi kah? Berbagai pemikiran Arion akan meninggalkannya 'lagi' membuat David meremas kuat pinggang omega itu.

"D, Dave.. sakit," Arion meringis.

"Aku tidak akan kabur lagi kok, aku cuma bosan di rumah," David kembali terlempar ke masa lalu, saat itu juga Arion bilang dia bosan di rumah sebelum beberapa jam kemudian pergi darinya. David masih mencari-cari kebohongan di mata Arion. Hell, bocah ini seperti meminta izin dia mau kabur lagi.

"Ya? Ya? Please. Aku sangat bosan di sini. Kalau kamu tidak percaya, borgol saja aku. Aku tidak akan kemana-mana, aku cuma mau keluar rumah," Arion meyakinkan pria itu. Dia agak ngeri melihat ekspresi keras David. Wajahnya seperti hari di mana mereka bertengkar kemarin.

"Dave.. aku tidak akan kabur kok," Arion mengelus rahang David sayang lalu menatap ke dalam mata pria itu.

"Tidak, diam di sini. Tunggu aku pulang," David tidak kuat menatap mata Arion yang memelas minta dikasihani. Maka pria itu segera pergi meninggalkannya untuk bekerja. Tidak boleh luluh atau Arion akan kabur lagi.

Arion kembali ke posisi awal, tergeletak di sofa dengan malas.

🦴

Ting! Tong!

Arion berjengit kaget mendengar bel karena untuk pertama kalinya bel rumahnya berdering. Dia sedang memanggang kue kacang sekarang di dapur menghabiskan waktu sore menunggu David pulang. Bel berdering sekali lagi, anak itu melepaskan apron dan sarung tangan kue beranjak membukakan pintu.

Begitu pintu dibuka seorang kurir paket berdiri di sana. Arion menyernyit karena sepanjang ingatan dia tidak pernah memesan apapun. Oh, mungkin ini paket David.

"Paket atas nama Arion Ellian Juliano?"

"Paketku? Wah," Arion menerima paket box itu ditangannya yang berukuran medium namun cukup berat.

Arion tersenyum kikuk kenapa kurir ini tidak langsung pergi dan malah menatapnya seolah dia guci antik. Kurir ini memakai masker wajah, topi hitam, dan seragam khas ekspedisi. Hal yang Arion herankan adalah jam tangan 'Berno' ditangannya yang mahal. Kontras dengan pekerjaan kurir itu.

Mate: David and Arion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang