berapa banyak orang yang ditolak?

1.3K 162 2
                                    

Waktu berjalan seperti biasanya, tapi ada hal yang berbeda, hubungan antara Wonwoo dan Mingyu merenggang karena kesibukan mereka. Terkadang, jika Mingyu ada waktu luang, Wonwoo yang sibuk dengan pekerjaannya atau sebaliknya. Terhitung sudah satu tahun lamanya mereka tidak bertemu. Hanya saling mengirim pesan jika ingat.

Selain karena kesibukan, Wonwoo sedang berusaha untuk menghilangkan perasaannya, ia masih tidak percaya bahwa ia mencintai Mingyu, hanya saja, perasaannya benar-benar ada dan Wonwoo sadar dengan itu. Ia pikir ia akan bisa melupakan Mingyu setelah tidak bertemu cukup lama, tapi nyatanya tidak, rasa rindu begitu besar di dalam benaknya.

Ia sudah melakukan berbagai cara, jarang sekali menghubungi Mingyu, tidak menemui Mingyu, bahkan ia membeli rumah yang cukup jauh dari rumah kedua orang tuanya dan rumah Mingyu, yang tentu lebih dekat dengan kampus tempat ia mengajar. Ia sudah melakukan semuanya, namun hasilnya nihil, tetap saja perasaan itu ada di hatinya. Ia tidak bisa melupakan Mingyu dan itu tidaklah mudah.

Wonwoo keluar dari kelas tempat ia mengajar, berjalan melewati lorong gedung kampus lantai empat tersebut menuju ke arah tangga. Ia menyapa beberapa mahasiswa yang menyapanya, hingga suara panggilan menghentikannya. Ia menoleh dan mendapati salah satu mahasiswa yang baru saja ia ajar bergegas ke arahnya. "Ada apa?" Tanya Wonwoo.

"Maaf pak, ada pertanyaan yang belum saya sampaikan ke bapak, soalnya saya nggak ngerti." Ucap mahasiswa tersebut sembari menggaruk tengkuknya.

Wonwoo menatap sekeliling. "Kita duduk di sana." Ucapnya sembari menunjuk kursi yang ada di samping tangga. Keduanya berjalan ke arah kursi tersebut setelah mahasiswa itu mengangguk. Wonwoo memperhatikan mahasiswa itu yang mengeluarkan buku dan membukanya.

"Ini pak." Ia menunjuk sebuah rumus. "Saya nggak ngerti cara kerjanya gimana. Maksudnya, kok bisa rumusnya gini tapi hasilnya beda jauh gitu." Lanjutnya lalu menoleh ke arah Wonwoo.

Wonwoo memperhatikan rumus dan hasil pekerjaan tersebut, ia mengamati letak kesalahannya dan mulai menjelaskannya dengan cara yang lebih mudah. Sepuluh menit lamanya Wonwoo menjelaskan hal tersebut hingga mahasiswa itu benar-benar paham dengan apa yang ia tanyakan.

Ia tersenyum dan menutup buku tersebut. "Makasih banyak pak, saya udah paham sekarang." Ucapnya lalu memasukkan bukunya ke dalam tas, ia menoleh ke arah Wonwoo yang sedang fokus pada ponselnya. "Pak Arka nggak ngajar?" Tanyanya.

Wonwoo menoleh. "Nanti jam tiga sore." Jawabnya, ia lalu bangkit dari duduknya, ia akan pergi tapi mahasiswa itu menahan tangannya, Wonwoo menunduk dan menatap heran mahasiswanya. "Ada apa?" Tanyanya.

Perlahan mahasiswa itu melepas tangan Wonwoo, ia berdiri dari duduknya dan menatap Wonwoo dengan lekat. "Kalo makan siang bareng di kantin mau nggak pak?" Tanyanya sembari tersenyum canggung.

Wonwoo mengernyit bingung, lalu ia sadar dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh mahasiswanya. Bahwa mahasiswa itu berusaha mendekatinya, selama setahun lebih mengajar, Wonwoo sudah mengalami banyak sekali hal seperti itu, itu mungkin karena ia masih lajang dan banyak yang tahu Wonwoo tidak memiliki kekasih, yang sebenarnya ia sudah menyimpan perasaannya pada Mingyu. "Kamu nggak ada kelas emangnya?" Tanya Wonwoo kemudian.

Mahasiswa itu menggeleng. "Enggak pak, kelas saya udah selesai. Sebagai ucapan terima kasih, nanti saya yang bayarin pak."

"Saya punya uang kali buat bayar." Wonwoo berjalan menuruni tangga tersebut, ia menoleh dan menatap mahasiswa yang masih berdiri di sana. "Ngapain masih di situ Erina, katanya mau makan bareng di kantin." Ucapnya.

Kedua mata Irene membulat. "Oh, iya pak.." Ia tersenyum canggung dan berjalan menghampiri Wonwoo, turun hingga lantai pertama dan menuju gedung kantin yang jaraknya tak cukup jauh dari gedung A tersebut.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang