bukan orang ketiga, tapi...

1.2K 146 7
                                    

Wonwoo terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul enam pagi. Ia menoleh dan mendapati Mingyu yang masih terlelap, ia sedikit mendekat, memperhatikan wajah Mingyu dengan lekat. Senyuman simpul terukir di wajahnya, ia bangkit dan turun dari tempat tidur. Berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan diri.

Ia keluar kamar mandi dan masih mendapati Mingyu yang masih terlelap, ia kemudian berbenah dan keluar dari kamar tersebut secara pelan, tak mau menganggu tidur Mingyu. Ia menuruni tangga, mendapati ibunya Mingyu yang sedang menyapu di ruang tamu, Wonwoo pamit pulang untuk bersiap karena ia harus mengajar di pagi hari.

Melajukan mobilnya keluar dari area perumahan tersebut. Wonwoo bersenandung dengan senang, ia sungguh bahagia ketika semalam ia melihat wajah kesal Mingyu, meskipun Mingyu tidak peka terhadap perasaannya, tapi ia tahu bahwa Mingyu kesal karena Irene menciumnya, itu membuat dirinya lebih percaya untuk semakin mendekati Mingyu.

Dengan perlahan, seperti semalam saat Mingyu tertidur di dalam pelukannya, bahkan ia rela membuka matanya sampai tengah malam demi mengamati Mingyu yang mendengkur halus, mengamati wajah manis Mingyu dan mengusap rambutnya sampai ia lelah sendiri dan terlelap. Hal tersebut membuat Wonwoo begitu semangat untuk menjalani pagi harinya.

Ia kembali ke rumahnya sendiri, sampai di sana, ia mengganti pakaiannya, menyiapkan sarapan berupa roti dan jus kotak. Ia keluar dari rumahnya sekitar jam tujuh, melaju menuju kampus dan langsung pergi ke ruang kelas di mana tempatnya mengajar. Ia terlambat selama lima belas menit.

Wonwoo memulai pembelajarannya, menyampaikan materi hingga sekitar jam sembilan, ia selesai. Keluar dari ruang kelas, menaiki tangga menuju lantai dua di mana ruangan jurusan berada. Ia masuk dan langsung mendudukkan dirinya di kursinya, menoleh ke arah Seungcheol yang menatapnya terus menerus. "Kenapa pak Reza?" Tanya Wonwoo.

Seungcheol menghela napasnya. "Bapak kenapa keliatan seneng banget? Padahal banyak loh mahasiswa sama dosen yang masih bahas kejadian malam itu waktu Erina nyium pak Arka." Ucap Seungcheol.

"Kan Erina pak yang nyium, bukan saya. Saya juga nggak suka sama dia, saya nganggep dia cuma sebatas mahasiswa." Balas Wonwoo sembari sedikit menaikkan kedua alisnya.

"Terus kenapa ada rumor kalo bapak pacaran sama Erina? Kalian juga deketnya udah lama."

"Erina yang ngotot pak, dia udah tahu kok saya suka sama orang lain, dianya aja yang nggak mau nyerah."

"Pak Arka punya pacar? Siapa? Kok saya nggak tahu."

"Bukan pacar, tapi emang saya suka sama dia." Wonwoo sedikit tersenyum simpul, ia mengingat wajah Mingyu semalam yang terlihat kesal. "Saya udah suka sama dia sepuluh tahunan, tapi sampe sekarang saya belum bisa ungkapin perasaan saya."

"Sepuluh tahun?" Seungcheol mengernyit bingung dan Wonwoo mengangguk. "Jadi bapak suka sama orang itu dari bapak SMA?" Tanya Seungcheol dan Wonwoo mengangguk lagi untuk menanggapi. "Kenapa nggak di ungkapin aja pak? biar orang juga pada tahu kalo pak Arka udah ada yang punya, jadi nggak banyak yang deketin bapak."

Wonwoo tersenyum simpul. "Belum waktunya juga pak, dia masih terlalu kecil buat saya, umurnya juga baru sembilan belas."

"Huh?" Seungcheol menatapnya dengan bingung, ia menelan ludahnya dengan kasar saat sadar akan sesuatu. "J-jadi waktu SMA bapak suka sama anak dibawah umur 10 tahun?" Tanyanya dan Wonwoo mengangguk sembari tertawa, membuat Seungcheol menatapnya dengan terheran. "Astaga, ternyata pak Arka sukanya yang kecil-kecil."

"Bukan gitu pak, mungkin karena dulu pas saya remaja banyak main sama dia, perasaan tubuh gitu aja, kan kita nggak tahu apa yang bakal terjadi."

Seungcheol menghela napasnya. "Iya juga pak." Ia sedikit tersenyum canggung. "Tapi nggak papa sih, toh bapak masih nungguin dia jadi bukan pedofil." Lanjutnya dan mendapat tatapan tajam dari Wonwoo.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang