bukan jantungan

1.1K 132 5
                                    

Hari minggu, Wonwoo menyempatkan diri untuk datang ke rumah Mingyu, ia sampai di rumah keluarga Mahendra pukul delapan pagi tapi malah ternyata Mingyu sudah pergi untuk mengerjakan tugas kelompok. Ia akan pulang, tapi ibunya Mingyu menyuruhnya untuk menunggu, jadilah ia sekarang berada di halaman depan rumah tersebut, membantu ibunya Mingyu untuk bercocok tanam. Sedangkan Tuan Mahendra sedang ada pertemuan di sekolah lain.

Wonwoo menyirami tanaman yang sudah diberi pupuk oleh ibunya Mingyu, keduanya menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga kegiatan mereka selesai. Banyak hal yang mereka lakukan, dari mulai menanam, memberi pupuk, memindahkan, menyiram dan hal lainnya. Selain itu, Nyonya Mahendra juga berbincang banyak hal mengenai Mingyu, ia memberitahukan semuanya tentang putranya pada Wonwoo.

Tentu membuat waktu berlalu begitu cepat, Wonwoo masuk ke dalam rumah, ia membersihkan tangannya yang kotor si kamar mandi lantai bawah. Wonwoo benar-benar sudah seperti di rumahnya sendiri. Ia keluar dari kamar mandi tersebut dan berjalan ke arah dapur, melihat Nyonya Mahendra yang akan memasak untuk makan siang.

Wonwoo bergerak lagi untuk membantunya, mencuci berbagai jenis bahan yang akan digunakan dan memotongnya. Masakan hampir selesai, Wonwoo menata empat piring karena ibunya Mingyu memintanya untuk bergabung makan siang. Tak lama dari itu, ia mendengar pintu utama dibuka dan suara Mingyu masuk ke kedua telinganya.

"Ma, Gyu pulang.." Seru Mingyu, ia melangkahkan kedua kakinya ke arah dapur. "Di depan kok ada mobil yang mirip—" Wajah Mingyu berubah menjadi murung saat melihat Wonwoo, ia langsung berbalik dan bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.

Wonwoo langsung mengejarnya setelah pamit dengan ibunya Mingyu, ia berlari menaiki tangga, menahan pintu yang akan Mingyu tutup dan kunci. "Varo.." Panggil Wonwoo, ia mencoba mendorong pintu tersebut agar terbuka lebih lebar dan ia bisa masuk. "Saya mau ngomong sama kamu." Ucap Wonwoo.

"Pak Arka mending pulang aja, nggak usah deket-deket sama Gyu lagi." Ucap Mingyu dengan kesal, kedua tangannya masih berusaha untuk menutup pintu kamarnya.

Wonwoo mengerahkan tenaganya dan berhasil mendorong pintu tersebut, ia langsung melangkah masuk dan menatap Mingyu yang terlihat begitu kesal. "Kamu kenapa sih?" Tanya Wonwoo, ia berjalan mendekat tapi Mingyu memundurkan langkahnya untuk menjauh. "Kalo kamu nggak cerita, saya nggak tahu apa-apa Varo, saya bingung kenapa kamu menghindar dari saya." Tambahnya.

Mingyu menatapnya dengan tajam. "Harusnya pak Arka udah tahu, Gyu cuma beban kan buat Pak Arka." Kesalnya, ia berjalan menggebu dan mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur.

"Beban?" Wonwoo berjalan mendekat, ia duduk di samping Mingyu yang bergeser menjauh. "Kenapa kamu bisa kepikiran gitu? Kamu bukan beban buat saya Mingyu."

Mingyu langsung menoleh. "Pak Arka pasti bohong, pak Arka cuma nggak mau nyakitin Gyu makanya bilang gitu." Ia memanyunkan bibirnya juga mengernyitkan dahinya. "Gyu minta maaf kalo Gyu jadi beban buat Pak Arka selama ini, Gyu terus bergantung sama pak Arka. Gyu minta maaf." Ucapnya, ia mengalihkan pandangannya dari Wonwoo.

Wonwoo menghela napasnya dan menggeleng. "Kamu nggak pernah jadi beban buat saya Mingyu, saya malah seneng kalo semisal kamu bergantung sama saya, saya bisa nolongin kamu." Balas Wonwoo, ia perlahan mendekat ke arah Mingyu. "Kenapa hm? Kenapa bisa kamu berpikiran seperti itu?" Tanyanya sembari mengelus lengan kanan Mingyu.

Mingyu menoleh, wajahnya masih cemberut. "Kak Erina bilang, Gyu cuma jadi beban buat pak Arka, Gyu harusnya tahu tempat dan waktu, Gyu harusnya nggak terus bergantung sama pak Arka, Gyu harusnya jauh-jauh dari pak Arka." Balasnya, ia menghela napasnya lalu menelan ludahnya dengan kasar.

Wonwoo menggigit bibir dalamnya, jadi yang membuat Mingyu marah padanya dan merasa bersalah adalah Erina. "Varo.." Wonwoo mengusap pundak Mingyu dengan lembut. "Jangan percaya sama omongan orang lain, kamu bukan beban buat saya, kan saya udah bilang kalo saya suka deket sama kamu, saya bakal bingung kalo tiba-tiba kamu menjauh gitu aja dari saya."

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang