baikan atau apa?

893 81 1
                                    

Sesampainya Wonwoo di rumah, ia langsung bergegas keluar dari mobil dan masuk. Ia mencari keberadaan Mingyu yang berada di dapur. Wonwoo berjalan mendekat dan menatap Mingyu yang sedang memasak. "Dek.." Panggilnya dan Mingyu menoleh.

Ia menatap Wonwoo dengan wajah datarnya. "Mandi mas, adek belum selesai masak."

"Kamu kenapa tadi di kampus langsung pulang gitu aja hm?" Tanya Wonwoo.

Mingyu menatapnya. "Terus kenapa tadi mas sampe pelukan sama Sindi gitu?"

"Kamu marah?" Wonwoo mengernyitkan dahinya.

"Iya.." Mingyu menatap Wonwoo dengan wajah kesalnya. "Bisa-bisanya mas sampe pelukan gitu.." Ia sedikit memanyunkan bibirnya.

"Sindi yang mulai dek, karena bab empat udah selesai." Balas Wonwoo, ia berjalan mendekat ke arah Mingyu, berdiri di samping suaminya yang sedang memasak. "Jangan marah.. Hm?" Lirihnya sembari mengusap lengan Mingyu.

Mingyu menyelesaikan masakannya dengan Wonwoo yang terus membujuknya. Ia kemudian mempersiapkan makanan tersebut di atas meja makan dan berjalan memasuki kamar. Wonwoo mengikuti.

Mingyu membuka lemari dan mengeluarkan baju untuk digunakan oleh Wonwoo. Ia berbalik dan menatap Wonwoo yang berdiri di belakangnya. "Mas mandi.." Ucapnya sembari memberikan pakaian tersebut.

"Dek.." Wonwoo menahan tangan Mingyu yang akan pergi keluar kamar, ia menatap lekat suaminya yang menampilkan wajah datar. "Please.. Jangan marah." Ucapnya dengan wajah dan nada sendu.

Mingyu melepas tangan Wonwoo. "Kenapa sih selesai bab empat harus sampe pelukan gitu? Apa emang semua mahasiswa bimbingannya mas kaya gitu kalo udah selesai bab? Berarti setiap selesai bab, Sindi meluk mas Arka terus?"

"Enggak sayang.." Wonwoo meletakkan pakaian yang Mingyu berikan tadi di atas tempat tidur. Ia meraih kedua tangan Mingyu dan menggenggamnya erat. "Itu pertama kalinya, mas juga tadi kaget tiba-tiba Sindi meluk mas.. Dan kamu dateng." Lanjutnya.

Ludah Mingyu ditelannya kasar, ia menghela napasnya. "Mas.. Adek tuh bener-bener cemburu, rasanya nggak enak, apalagi tadi pas habis keluar, Sindi bilang ke adek kalo dia mau rebut mas dari adek."

Wonwoo mengernyitkan dahinya bingung. "Masa Sindi kaya gitu, nggak mungkin dek."

"Terserah mas mau percaya apa enggak.. Tapi adek nggak suka mas deket-deket sama Sindi. Selesaiin bimbingan mas sama dia, terus jangan ada kontak lagi sama Sindi."

Mingyu melepas tangan Wonwoo dan berjalan keluar dari kamar tersebut. Kedua mata Wonwoo menatap kepergian suaminya, ia menghela napasnya panjang dan duduk di sisi ranjang.

Ia terdiam di sana, memikirkan apa yang Mingyu katakan tadi. Ini pertama kalinya Mingyu semarah itu padanya. Wonwoo tidak tahu, ia harus menjalankan kewajibannya sebagai dosen, tapi Mingyu, ia tidak tahu. Ia tidak mengerti harus bagaimana lagi.

••••••

Mata Wonwoo terus menatap Mingyu yang sedari tadi diam dengan terus menatap buku yang sedang Mingyu baca. Selama beberapa hari ini, Mingyu masih mendiaminya karena kejadian beberapa hari lalu di kampus.

Ia sudah berkali-kali meminta maaf tapi Mingyu masih begitu sulit untuk menerima permintaan maafnya. Hari ini, hari sabtu, Wonwoo tak pergi ke kampus, ia juga terus berada di rumah sejak pagi tadi.

Meskipun Mingyu masih saja acuh terhadapnya dan berbicara jika ada perlu saja. Wonwoo berjalan mendekat ke arah Mingyu, ia mendudukkan diri di samping Mingyu yang duduk di sofa ruang tamu. "Dek.. Jalan-jalan yuk." Ajaknya.

Mingyu menoleh dan menatap Wonwoo, ia menggeleng kecil lalu kembali fokus pada buku yang ada di tangannya.

"Kita kan udah lama nggak pergi keluar bareng, mas pengen pergi kencan sama kamu." Bujuk Wonwoo lagi, ia masih belum menyerah.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang