pertama kalinya

2.9K 116 5
                                    

Kedua mata Mingyu terpejam erat saat merasakan ciuman Wonwoo yang tak seperti biasa ia terima, terkesan menuntut dan dalam. Tangannya mencoba untuk menahan dada Wonwoo yang semakin mendekat ke arahnya, ia meremas baju yang Wonwoo gunakan. "Eumh mash.." Lenguhannya keluar begitu saja karena Wonwoo menyesap kuat bibir bawahnya.

Napasnya semakin tipis, tapi tak ada tanda-tanda Wonwoo akan melepas ciuman tersebut, lalu kedua tangannya bergerak untuk memukul dada Wonwoo beberapa kali hingga ciuman itu dilepas oleh Wonwoo. Ia membuka kedua matanya dan menatap Wonwoo, melihat bagaimana wajah Wonwoo yang terkesan berbeda seperti biasanya, ia belum pernah melihat wajah suaminya itu seperti itu sebelumnya.

Wonwoo mengusap bibir Mingyu yang basah, ia mendekat ke arah telinga kanan Mingyu. "Mas udah nggak tahan dek.." Bisiknya dengan suara dalam, sukses membuat tubuh Mingyu meremang mendengarnya. Tentu, Wonwoo sudah lama menahan hasratnya untuk tidak menyentuh Mingyu. Dan malam ini, ia sudah tidak bisa menahannya lagi, apalagi dengan tatapan polos Mingyu yang seperti bisa dengan mudah ia terkam begitu saja.

Kedua mata Mingyu mengerjap bingung, awalnya ia tidak mengerti apa yang terjadi sama sekali, tapi ia kemudian mengingat apa yang pernah ibunya sampaikan mengenai malam pertama setiap pasangan yang sudah menikah, ibunya hanya berpesan jangan nangis ya sayang itu saja. Dan Mingyu tidak tahu harus bagaimana sekarang. Ia menelan ludahnya kasar, merasakan tangan kanan Wonwoo yang bergerak mengusap tubuhnya dengan gerakan ringan dan membuat tubuhnya kembali meremang.

Ia terus menatap Wonwoo yang matanya terkesan menggelap, membuat dirinya tidak bisa berkutik sedikit pun dan tenggelam di kedua mata rubah itu. Tangannya berpegang pada lengan atas Wonwoo dan meremas bajunya saat tangan kanan Wonwoo itu meraba masuk ke balik bajunya, meraba kulitnya dengan gerakan lembut yang memunculkan getaran listrik aneh dan membuat tubuhnya mulai merasa panas.

Jantungnya berdegup begitu kencang saat ini, ia menggigit bibir bawahnya saat jemari Wonwoo menyentuh dada kirinya dan mengusap putingnya. Matanya terpejam erat, ia berusaha menahan untuk tidak mengeluarkan suara aneh dari dalam mulutnya dan lenguhan itu hanya tertahan dalam otaknya. Wajahnya memerah padam apalagi telinganya. Ia mulai merasa aneh pada tubuhnya sendiri saat jemari Wonwoo bergerak seperti memutar puting kirinya itu. "M-mash.." Lirih Mingyu.

Wonwoo mencium wajah Mingyu dengan lembut. "Keluarin aja sayang." Bisiknya lalu ia mencium bibir Mingyu lagi dan tangannya semakin memainkan dada Mingyu bergantian, ia sesekali memilin puting Mingyu dan membuat suaminya itu melenguh tertahan karena ciuman yang ia buat. Kedua telinganya siap siaga mendengar lenguhan kecil Mingyu yang membuatnya semakin bersemangat untuk menyentuh Mingyu.

Gairah Wonwoo seperti membludak begitu saja, ia sungguh tak bisa menahan diri. Ciumannya turun ke leher Mingyu, ia menjilatinya, menciumnya, menyesapnya, meninggalkan tanda di kulit leher suaminya yang masih susah payah menahan desahan yang tak mau ia keluarkan. Wonwoo mendongak, tangannya masih bergerak meremas dada Mingyu. "Keluarin sayang, nggak papa.." Ucap Wonwoo.

Kedua mata Mingyu mengerjap, "Akhh.." Lenguhannya keluar karena Wonwoo memilin putingnya. Tangan kanan Mingyu menahan tangan Wonwoo. "Mas geli.." Lirihnya sembari menatap Wonwoo dengan sedikit matanya yang sayu.

"Tapi adek suka nggak?" Tanya Wonwoo. Mingyu menatapnya dan mengerjap, ia menyukai sensasinya tapi ia sungguh malu terhadap Wonwoo, jadi ia hanya diam saja tak merespons. "Kenapa hm?" Wonwoo bertanya lagi karena Mingyu tak kunjung merespons, ia juga menghentikan gerakan tangannya.

Kepala Mingyu menggeleng kecil, lalu ia meraih leher Wonwoo dan melingkarkan kedua tangannya di sana, ia mendekatkan Wonwoo dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher suaminya. "Adek malu.." Lirihnya.

Wonwoo terkekeh pelan, ia lalu menghela napasnya. "Nggak usah malu dek, kan sama suami sendiri, masa malu." Balas Wonwoo, ia kemudian mengecup pucuk kepala Mingyu, dengan perlahan kecupannya pindah turun beriringan dengan tubuhnya yang ia angkat dan kini ia mengungkung Mingyu.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang