kesempatan

1.1K 100 4
                                        

Wonwoo berjalan memasuki ruang inap yang digunakan oleh Mingyu. Ia mendapati Mingyu yang berbaring membelakangi pintu tersebut. Setelah tadi ibu mertuanya mengatakan bahwa Mingyu sudah sadarkan diri.

Ia berjalan mendekat. "Dek.." Panggilnya dengan lirih tapi Mingyu tak meresponsnya sama sekali. Ia berdiri di belakang Mingyu, tangannya terulur mengusap pundak yang lebih mudah. "Mas minta maaf.." Ucapnya.

Mingyu terdiam, ia memejamkan keduanya matanya dan membuat air matanya mengalir ke bantal rumah sakit begitu saja. Bibir dalamnya ia gigit dengan kuat. "Mas Arka jahat.." Lirihnya lagi.

Wonwoo sedikit membungkuk, ia membalik tubuh Mingyu dan membuat Mingyu berbaring menengadah. "Mas minta maaf, mas nggak bermaksud buat nyakitin adek.." Ucapnya.

Mingyu menggeleng. "Mas Arka keluar.. Adek nggak mau ketemu sama mas.." Ucapnya, ia membalik tubuhnya dan kembali membelakangi Wonwoo.

"Mingyu.."

"Nggak mau.. Mas Arka keluar.." Mingyu menghapus air matanya dengan kasar.

"Dek.. Please."

"Nak Arka.." Nyonya Mahendra berjalan masuk. "Lebih baik nak Arka sekarang pulang dulu, nanti kalo Mingyu udah baikan, mama bakal kabarin kamu."

Wonwoo menoleh, ia menatap ibu mertuanya dengan lekat. "Tapi ma.." Lirihnya.

"Nggak papa, biar mama yang jagain Mingyu di sini." Ia berjalan mendekat, mengusap lengan Wonwoo dengan lembut. "Kamu pulang, istirahat dulu." Ucapnya.

Wonwoo menatap Mingyu yang masih saja membelakangi dirinya, ia lalu menoleh dan menatap ibu mertuanya. Mengangguk untuk menanggapi dan berjalan keluar dari ruangan tersebut setelah pamit.

Nyonya Mahendra berjalan mendekat ke arah Mingyu, ia duduk di kursi samping ranjang tersebut, menatap anaknya yang masih menangis dengan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Tangan wanita paruh baya itu mengusap lengan anaknya, ia menatapnya dengan sendu. "Sayang.." Panggilnya.

Mingyu menurunkan kedua tangannya, menatap ibunya dengan air mata yang terus keluar dari kedua matanya. "Ma.. Mas Arka jahat.. Hiks.." Tangisnya dengan merengek.

Ibunya mengusap kepala Mingyu dengan lembut. "Kamu istirahat dulu aja ya.. Kita bahas kalo kamu udah sembuh." Balasnya.

"Gyu nggak mau pulang ke rumah mas Arka.. Gyu mau pulang ke rumah aja.."

Nyonya Mahendra mengangguk, ia mendekat dan mengecup kening Mingyu dengan lembut. "Iya sayang.."

•••

Wonwoo menghentikan mobilnya di garasi rumah, ia keluar dan berjalan ke arah pintu, mengambil kunci pintu dan mencoba membukanya, yang ternyata tak di kunci.

Ia membukanya dan berjalan masuk, begitu terkejut saat melihat darah di lantai dengan wadah kotak dan foto yang berserakan di sana. Wonwoo bergegas mendekat, ia mengambil salah satu foto tersebut, foto pernikahannya dengan Mingyu.

Jadi, ia tahu alasan kenapa Mingyu memanggilnya berkali-kali, mengirim pesan bahwa Mingyu takut sampai suaminya itu mencarinya. Ia duduk di lantai tersebut dengan rasa penyesalan yang begitu besar.

Wonwoo menyandarkan tubuhnya di tembok yang ada di belakangnya. "Maafin mas.. Dek.." Lirihnya dan ia menangis. Penyesalannya saat ini adalah kenapa ia lebih memilih berbohong pada suaminya dan kenapa pula ia memasang mode diam ponselnya.

Wonwoo mengacak rambutnya dengan frustrasi, ia menatap kekacauan di lantai tersebut. Pantas saja Mingyu begitu marah padanya, di saat suaminya membutuhkan, ia malah tidak ada.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang