bukan afeksi yang berlebihan

1.1K 132 5
                                    

Wonwoo menatap Mingyu yang sedang mengunyah makanan yang ia belikan tadi. Bakso. Ia sedikit tersenyum simpul, memperhatikan setiap gerakan mulut Mingyu. "Dibawa makan nggak sakit?" Tanya Wonwoo memecah keheningan di ruangan tersebut.

"Sedikit sih." Balasnya sembari mengusap-usap pipi kirinya. Ia menelan makanannya dan membuka mulutnya, mendapatkan suapan dari Wonwoo lagi. "Pak Arka emang nggak ada kelas?" Tanya Mingyu dengan bakso yang masih di mulutnya.

"Masih nanti sore." Wonwoo tersenyum sembari menunduk, memperhatikan mangkuk yang ada di tangannya. Ia sebenarnya ingin bertanya mengenai respons Mingyu tentang Irene yang mengatakan bahwa dirinya menyukai Mingyu.

Hanya saja, mungkin waktunya tidak tepat, ia tidak ingin menambah beban pikiran pada Mingyu, juga, ia yakin Mingyu pasti trauma dengan kejadian yang menimpanya. Dipukuli tanpa alasan yang jelas? Itu tidak mungkin terjadi jika tidak ada dalang di baliknya. Mungkin Wonwoo harus mencari orang itu.

Ia kembali menyuapi Mingyu hingga selesai, bangkit dari duduknya untuk membenahi mangkuk kotor yang ia gunakan, membantu Mingyu untuk meminum obatnya. "Sekarang kamu tidur ya." Ucap Wonwoo dan Mingyu mengangguk, ia membantu Mingyu untuk berbaring, menarik selimut dan menutupi tubuh Mingyu hingga dada.

Mingyu menatap Wonwoo dengan lekat, ia sedikit tersenyum, membuat Wonwoo menatapnya dengan bingung dan heran. "Kamu kenapa Varo?" Tanya Wonwoo kemudian.

Mingyu terkekeh kecil. "Kok Gyu baru sadar kalo pak Arka ganteng." Ia mengulum bibirnya, Wonwoo yang mendengar tuturan tersebut membulatkan kedua matanya, merasa gugup dan ia menahan senyumnya karena senang. "Gyu juga ganteng kan pak?" Tanya Mingyu tiba-tiba.

Wonwoo tersenyum, ia mengusap rambut Mingyu dengan lembut. "Ganteng banget." Ia menatap Mingyu dengan lekat. "Manis juga." Tambahnya dan sukses membuat Mingyu salah tingkah, Mingyu memang memanyunkan bibirnya, tapi ia sungguh senang dipuji seperti itu.

Wonwoo kembali mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang itu, ia meraih tangan kanan Mingyu, mengusap punggung tangan itu dengan lembut. "Sekarang tidur ya." Ucapnya dan Mingyu mengangguk untuk menanggapi. Keduanya saling menatap, perlahan mata Mingyu tertutup, itu juga karena pengaruh obat.

Ia terlelap begitu saja, tak lama kemudian, dengkuran halus terdengar di kedua teling Wonwoo. Wonwoo menatap tangan Mingyu yang masih ada di genggaman tangannya, ia mengusapnya terus menerus, lalu mendongak dan menatap Mingyu. Selama sepuluh tahun lebih mengenal Mingyu, ia hanya melihat sedikit perubahan dari Mingyu.

Jika dikaitkan dengan sikap, Mingyu memang masih bersikap seperti anak kecil, hanya saja, ia tahu Mingyu tidak semanja dulu, tidak selalu merengek seperti dulu jika meminta suatu hal, tidak terus terusan menangis. Mungkin sekarang, Mingyu sudah bisa mencoba mengendalikannya, sedikit demi sedikit, Mingyu mau berteman dengan orang lain, membuka diri untuk orang lain.

Dan selama sepuluh tahun lebih ini, Wonwoo masih saja sama, ia ingin mengenal Mingyu lebih dalam lagi, bukan karena ia tak perhatian pada Mingyu, tapi Mingyu yang memang sulit untuk di baca, ia sering menghadapi situasi di mana perubahan mood Mingyu berubah drastis dalam jangka waktu yang pendek.

Hal itu membuat dirinya semakin penasaran dengan sosok Mingyu, akan seperti apa jika suatu hari, Mingyu berubah menjadi seorang pria dengan tingkat kedewasaan yang sesuai dengan umurnya, apakah Mingyu akan tetap bersikap manja padanya, bergantung padanya, tidak ingin berpisah dengannya dan lain sebagainya. Wonwoo ingin tahu itu semua.

Ia bertahan begitu lama karena hal tersebut, ia pikir mencintai seseorang akan dengan mudah perasaannya hilang begitu saja, tapi nyatanya tidak, karena Mingyu sendiri, orang yang ia cintai, begitu menarik perhatiannya, setiap harinya, masih ada banyak hal yang perlu ia ketahui tentang sosok yang terbaring dan tertidur pulas itu.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang