penantian panjang

1.4K 122 2
                                    

Napasnya dihembuskan dengan panjang berkali-kali, kedua tangannya meremas celana bagian lutut yang ia gunakan, kakinya bergerak karena rasa gugup yang tiba-tiba datang begitu saja, ia bahkan berkeringat karena hal tersebut. Mingyu menelan ludahnya kasar, ia mendongak saat melihat ibunya datang untuk menghampirinya dan mendudukkan diri di sampingnya. "Ma.. Takut.." Lirih Mingyu.

"Nggak perlu takut sayang, kan kamu nikahnya sama nak Arka, bukan sama orang lain juga." Balas ibunya sembari meraih tangan kanan Mingyu dan mengusapnya dengan lembut. "Setiap orang pasti gugup kaya gini kok kalo mau nikah, nanti kalo acara udah selesai, nggak gugup lagi." Tambahnya.

Mingyu menatapnya dengan sendu, ia mengangguk untuk menanggapi ibunya, tapi jantungnya masih belum bisa distabilkan. Ia menelan ludahnya dengan kasar lagi, mendekat dan meraih tubuh ibunya dan memeluknya dengan erat. "Maafin Gyu ya.. Nikahnya cepet banget.." Ucapnya.

"Iya sayang, kamu nggak perlu minta maaf, kamu berhak jalanin hidup kamu sendiri." Balas ibunya sembari mengusap punggung Mingyu, ia menoleh ke arah suaminya yang kedua matanya memerah dan berusaha untuk menahan tangisnya. "Pokoknya, mama sama papa doain semoga kamu bahagia nikah sama nak Arka." Lanjutnya lalu melepas pelukan tersebut, ia menangkup wajah Mingyu dan mengecup keningnya. "Kamu tetep anak kesayangan papa sama mama, jadi nggak perlu khawatir."

Mingyu mengangguk, ia menoleh ke arah ayahnya lalu bangkit dari duduknya dan memeluk ayahnya dengan erat. "Makasih pa.." Lirihnya dan ayahnya mengangguk kecil, sebenarnya itu rasa yang sulit untuk melepas seorang anak, apalagi Mingyu, anak kesayangannya.

Tuan Mahendra kemudian melepas pelukan tersebut, ia mengusap rambut Mingyu sembari tersenyum. "Iya sayang, sama-sama." Balasnya dan Mingyu tersenyum. Setelah itu, ia mengajak Mingyu dan istrinya keluar dari ruangan tersebut, ia mengantar Mingyu ke altar, di mana Wonwoo sudah berdiri di sana dengan pendeta. Menatap Mingyu dengan kedua mata yang berbinar karena itu pertama kalinya ia melihat Mingyu memakai tuxedo berwarna putih dengan dasi kupu-kupu.

Ia meraih kedua tangan Mingyu dan menggenggamnya dengan erat, keduanya saling melempar senyum, hanya saja Mingyu dengan wajah merahnya. Ia mengusap kedua tangan Mingyu dengan lembut, karena tahu Mingyu gugup, ia mencoba untuk menenangkan. Pendeta memulainya, lalu setelah itu Wonwoo mengucapkan janji sucinya dan setelah itu Mingyu dengan mengikuti Wonwoo. Dan keduanya saling bertukar cincin yang telah dipersiapkan oleh Wonwoo. Keduanya telah resmi menjadi sepasang suami.

Acara dilanjutkan dengan Wonwoo dan Mingyu yang berfoto bersama dengan keluarga mereka, dengan teman-teman dan kerabat dekat mereka. Acara tersebut tak begitu mewah, karena Wonwoo tahu Mingyu menyukai hal yang lebih sederhana, jadi ia hanya mengundang kerabat dekat saja. Para tamu memberi selamat pada kedua mempelai pria.

Hingga tiba saatnya keduanya mendapat ucapan selamat dari Seungcheol dan Jeonghan. Mingyu tersenyum lebar saat melihat Jeonghan berjalan ke arahnya. "Kak Hazel.." Panggilnya dan Jeonghan tersenyum.

"Selamat ya Varo, udah nikah aja. Cepet banget, padahal baru beberapa minggu kita ketemu." Ucapnya. Mingyu mengangguk untuk menanggapi. "Selamat pak Arka, atas pernikahannya." Ucap Jeonghan setelah menoleh ke arah Wonwoo.

"Makasih mbak." Jawab Wonwoo.

"Akhirnya pak Arka nikah juga.. Dulu saya selalu penasaran kenapa pak Arka nggak nikah-nikah, ternyata nungguin Varo." Kali ini Seungcheol yang berkata, ia menepuk pundak Wonwoo. "Selamat ya Pak."

"Iya pak Reza, makasih banyak."

"Varo, selamat ya, semoga langgeng.." Mingyu mengangguk untuk menanggapi Seungcheol.

Mereka berlanjut untuk acara selanjutnya yaitu makan, Mingyu dan Wonwoo duduk di kursi mereka sembari memperhatikan tamu yang datang. Wonwoo menoleh ke arah Mingyu, ia meraih tangan Mingyu dan membuat empunya terkejut. Mingyu kemudian menoleh dan tersenyum canggung. "Aneh.." Lirihnya, kedua mata Wonwoo menatapnya dengan heran. "Tapi Gyu suka.." Tambahnya lalu menunduk. Wonwoo terkekeh pelan, tangannya mengusap punggung tangan Mingyu dengan lembut.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang