penerornya

862 77 8
                                    

"Sayang, mas pulang." Wonwoo membuka pintu rumah dengan senyumnya yang begitu lebar. Ia pulang lebih awal hari ini, berniat mengajak Mingyu untuk makan di luar. Tapi senyumnya langsung hilang begitu saja saat ia melihat Sindi berdiri di ruang tamu. "Sindi? Kamu ngapain di sini?" Tanya Wonwoo.

Sindi tersenyum simpul. "Saya mau bilang makasih ke Pak Arka karena sidang saya lancar dan bulan depan saya wisuda. Ini ada sedikit bingkisan untuk pak Arka."

"Kamu harusnya nggak usah repot-repot gitu, kamu juga harusnya nemuin saya di kampus. Varo mana?"

Sindi menggeleng pelan. "Tadi dia keluar sama orang lain pak, cowok naik motor."

"Huh? Siapa? Terus kamu di sini sendirian?"

"Hehe iya.. Tadi kak Varo bilang suruh duduk di sini aja, nungguin pak Arka, terus dia pergi sama cowok, sampe pelukan gitu naik motornya."

Wonwoo mengerjap bingung. "Ya udah kamu duduk dulu, saya mau ke belakang." Lalu ia berjalan menuju kamarnya, meletakkan tasnya dan meraih ponselnya, mencoba menghubungi Mingyu tapi tak di angkat.

Wonwoo berbalik, mendapati Sindi berdiri di ambang pintu. "Kenapa?" Tanya Wonwoo, ia masih berusaha menghubungi Mingyu, tanpa sadar Sindi berjalan mendekat ke arahnya.

Ia mendongak dan tubuhnya langsung di dorong Sindi hingga ia jatuh ke lantai tersebut. Wonwoo mendelik dan akan bangkit tapi Sindi mendudukkan dirinya di atas pinggulnya. "Ngapain kamu?!" Tanya Wonwoo dengan seru.

"Sindi tahu kalo pak Arka pengen punya anak tapi kak Varo nggak bisa ngasih. Jadi, Sindi mau kok ngandung anaknya pak Arka."

"Kamu gila?" Wonwoo mendorong tubuh Sindi lalu bangkit. "Lebih baik kamu pulang, saya mau keluar cari suami saya." Ia berjalan untuk keluar kamar tersebut, tapi Sindi menghalangi jalannya dengan berdiri di hadapannya.

Sindi menatapnya dengan lekat. "Kak Varo itu selingkuh dari pak Arka." Ucapnya.

Wonwoo menghela napasnya. "Saya lebih percaya sama dia dibanding kamu Sindi."

"Tapi buktinya tadi ada yang jemput kak Varo ke sini, terus keluar dan bahkan kak Varo meluk cowok itu erat banget."

Wonwoo menggeleng dan menyingkirkan tubuh Sindi. "Kamu yang bohong, sekarang keluar dari rumah saya!" Tegasnya.

Sindi mengejarnya dan kembali berdiri di hadapan Wonwoo. "Tapi saya suka sama pak Arka, saya cinta sama pak Arka."

"Sindi! kamu gila? Saya udah punya suami. Kamu juga, harusnya cari kerjaan bukan ganggu hubungan orang lain, apalagi saya dosen kamu sendiri."

"Emang kenapa pak? Kak Varo juga bisa nikahin bapak, kok saya enggak?"

"Sindi, kamu bener-bener keterlaluan, lebih baik kamu sekarang keluar, sebelum saya tarik kamu."

Bukannya keluar, Sindi malah berjalan mendekat. "Tarik aja pak, saya nggak mau nyerah buat dapetin bapak."

"Sin—eummpp.." Tengkuk Wonwoo di raih oleh Sindi dan Sindi segera menciumnya, menahan Wonwoo sekuat tenaga. Bersamaan dengan hal tersebut, Mingyu masuk ke rumah. Ia begitu terkejut.

Wonwoo mendorong Sindi dan menoleh. "Dek.." Lirihnya, ia melihat seorang pria yang berdiri dibelakang Mingyu. Membawa beberapa tas belanja.

Ia adalah ojek komplek yang selalu Mingyu gunakan jasanya untuk mengantarnya ke pasar. Mingyu tidak mau memakai taksi karena macet. Benar, Sindi berbohong.

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, ia berjalan mendekat ke arah Mingyu. Ojek komplek itu langsung pergi dari sana karena tak ingin ikut campur dengan urusan rumah tangga orang lain.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang