penyesalan

968 88 5
                                    

Mingyu mendongakkan kepalanya menatap Wonwoo yang sedang merapikan baju yang suaminya itu gunakan. Bibirnya manyun. "Tapi kan hari ini hari sabtu mas, kok harus ke kampus segala.." Rengeknya, padahal ia ingin mengajak Wonwoo pergi ke rumah kedua orang tuanya.

Wonwoo menoleh. "Maafin mas sayang, ada acara seminar di fakultas sebelah dan mas harus dateng." Ia berjalan mendekat ke arah Mingyu, duduk di samping suaminya.

"Acaranya pasti selesainya siang.." Balas Mingyu dan Wonwoo mengangguk untuk menanggapi. "Ya udah, tapi kalo mas pulang, langsung berangkat ke rumah mama. Nginep di sana." Lanjutnya.

"Iya.." Wonwoo mengusap tangan Mingyu dengan lembut, ia mendekat dan melumat bibir suaminya selama beberapa saat. "Mas berangkat ya?" Ucapnya dan Mingyu mengangguk.

Keduanya bangkit, Mingyu mengantar Wonwoo hingga ke depan rumah, memperhatikan mobil suaminya yang melaju pergi dari area perumahan tersebut.

Ia lalu masuk, Mingyu mulai membersihkan rumah tersebut. Dengan menyapu, mengepel dan membersihkan beberapa barang-barang yang ada di sana.

Sekitar jam sembilan lebih ia baru selesai, Mingyu akan pergi ke ruang cuci tapi langkahnya terhenti saat mendengar bel rumah yang berbunyi.

Ia bergegas menuju pintu utama dan membuka pintu tersebut, tak ada siapa-siapa di sana. Mingyu mengernyit bingung lalu menunduk, ia melihat sebuah kotak dengan motif bungan di depan pintu itu.

Mingyu mengambilnya, lalu berjalan masuk dan menutup pintu. Ia menelan ludahnya dengan kasar, ingat kejadian saat ada paket yang berisi anak kucing yang terpisah antara badan dan kepalanya.

Sejak saat itu, Mingyu tak berani lagi membuka paket apapun yang datang ke rumah, ia selalu menunggu Wonwoo untuk membukanya.

Ia menghela napasnya panjang, masih berdiri tak jauh dari pintu rumah tersebut dengan kedua mata yang terus menatap kotak yang ada di tangannya itu. Dari wadahnya tak mengerikan, dan Mingyu sungguh penasaran dengan isinya.

Ia menghirup oksigen dan menghembuskannya panjang. Tangan kirinya terangkat dan meraih penutup kotak tersebut, ia dengan perlahan membukanya dengan kedua mata yang sedikit menyipit. Mingyu melemparnya ketika sudah melihat isinya.

Pyarr..

Botol kaca di dalamnya pecah, darah di dalamnya berceceran di lantai tersebut. Tubuh Mingyu yang bergetar langsung terperosok begitu saja.

Matanya memerah dan Mingyu sangat takut sekarang, ia menatap isi dari kotak tersebut, ada beberapa foto di dalamnya. Dengan ragu dan tangan bergetar, ia meraihnya, melihat foto yang juga di lumuri darah.

Telapak tangannya sedikit mengusap foto tersebut, yang ternyata foto pernikahannya dengan Wonwoo. Ia menangis. "Mas Arka.. Hiks.." Lirihnya.

Ia segera bangkit, bergegas menuju dapur dan mencuci tangannya dengan kasar guna menghilangkan darah yang ada di sana. Ia masih menangis.

Setelah itu, Mingyu bergegas memasuki kamar, ia mencari ponselnya, mencoba menghubungi Wonwoo berkali-kali tapi tak di angkat. Ia mengirimkan pesan untuk Wonwoo. Mingyu jadi takut di rumah tersebut.

Ia bergegas keluar, menghindari bercak darah di lantai tersebut. Ia keluar, bahkan sampai tak mengunci pintunya. Mingyu menghapus air matanya, ia berlari menuju jalan raya, berhenti saat ia mendapatkan taksi kosong. Ia ingin menghampiri Wonwoo sekarang, karena yang ada di pikirannya cuma Wonwoo.

Mingyu berdiam diri di jok belakang, ia menatap keluar jendela, ia memang sudah tak menangis karena paling tidak, ia tidak sendirian sekarang. Tapi rasa takut masih menggerogoti tubuhnya dan Mingyu butuh Wonwoo sekarang.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang