hanya kakak

1.3K 159 9
                                    

Kini bukan Wonwoo dan Irene yang berdiri berdampingan atau Mingyu dengan temannya yang duduk di rerumputan taman, melainkan Wonwoo dan Mingyu yang duduk di kursi taman yang ada di taman tersebut. Wonwoo meminta waktu Mingyu, membuat Irene dan siswa lain tadi pamit pergi.

Ia menatap Mingyu yang menunduk, melihat kedua tangan Mingyu yang saling terhubung dan jemarinya bertautan, bergerak acak. "Gimana kabar kamu Varo?" Tanyanya.

"Baik." Mingyu masih menunduk, ia menelan ludahnya kasar, sedikit melirik Wonwoo yang masih menunjukkan wajah seriusnya. "K-kak Arka marah ya?" Masih pantaskah Mingyu memanggilnya pria berumur dua puluh delapan tahun itu dengan sebutan kakak?

Wonwoo menatapnya dengan bingung. "Kenapa kamu nganggep kakak marah?" Tanyanya.

Mingyu menoleh dan menatapnya dengan lekat. "Terus kenapa kakak nggak nemuin Gyu?" Wonwoo mengerjap, Mingyu masih menggunakan panggilan Gyu untuk dirinya sendiri. "Kenapa kakak nggak dateng ke rumah, kenapa kakak ganti nomor ponsel kakak dan nggak menghubungi Gyu?" Tanya Mingyu, ia cukup kesal.

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, ia tidak mungkin menjawab kakak sedang berusaha melupakan kamu, ia terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Maaf, kakak sibuk sama urusan kampus." Balasnya, sedikit bersalah tentu.

Mingyu menghela napasnya, ia memanyunkan bibirnya dan itu mengembalikan rasa kegemasan yang Wonwoo rindukan. "Jadi dosen sibuk banget ya kak? Sampe nggak mau ketemu sama Gyu?" Lirihnya dengan kesal, ia kembali menunduk.

"Varo.." Panggil Wonwoo sembari menyentuh pundak Mingyu dengan pelan. "Bukannya gitu, tapi kakak bener nggak ada waktu, bahkan kalau ada hari libur, kadang kakak masih ada kerjaan, masih ada urusan sama keluarga kakak."

Mingyu menoleh, ia masih menampilkan wajah kesalnya. "Terus kok tadi kakak jalan sama cewek itu?" Tanyanya dengan cemberut. Wonwoo terdiam, ia bingung harus menjawab apa. "Tadi itu pacar kakak ya? Apa udah jadi istri kakak?—"

"Varo, enggak."

"—kakak nikah nggak bilang sama Gyu? Nggak ngundang Gyu?"

Wonwoo menggeleng. "Engak.. Beneran, dia cuma mahasiswa kakak." Balasnya.

Mingyu menghela napasnya panjang. "Tapi kakak lagi deket kan sama dia? Tadi ceweknya ngeliatin kakak gitu banget, kaya suka banget sama Kak Arka." Ia berdecak kesal.

Wonwoo menghela napasnya. "Terus cowok tadi siapa?" Tanyanya balik, ia menatap Mingyu dengan lekat, yang malah terlihat salah tingkat.

"Cuma temen." Jawab Mingyu, ia tidak berani menatap Wonwoo, jadi ia mengalihkan pandangannya.

"Beneran cuma temen? Bukan pacar kamu?" Tanya Wonwoo dengan sedikit nada menggoda, meskipun ia merasa sedikit tergores harinya karena melihat telinga Mingyu yang memerah.

"Cuma temen kok, dia juga udah punya pacar. Tadi keluar bareng cuma buat beli buku, terus mampir ke sini sebentar." Balas Mingyu, ia menatap kedua mata rubah Wonwoo yang mengangguk paham dengan apa yang ia sampaikan.

Keduanya terdiam lagi, Mingyu menatap lurus ke depan, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Sedangkan Wonwoo, ia memperhatikan wajah Mingyu dari samping dengan lekat, getaran hebat yang selalu ia rasakan saat berada di samping Mingyu muncul kembali dan itu semakin membuat dirinya ingin bersikap egois untuk memiliki Mingyu.

Secara hukum, Mingyu sudah tidak dibawah umur lagi, ia tidak akan dianggap pedofil, tapi yang membuatnya enggan untuk menyampaikan perasaannya adalah, ia takut menyakiti Mingyu, ia tidak ingin Mingyu terluka jika suatu hari di masa depan, ia melukai Mingyu.

Selama satu dekade ini ia menyimpan perasaannya sendiri, tentu saja sakit, tapi Wonwoo sudah cukup bahagia, ia menghabiskan masa remajanya hingga lulus pascasarjana bersama Mingyu, meskipun jarang bertemu, tapi banyak kenangan yang ia simpan di memorinya. Secara tidak langsung, ia berharap memori itu tidak akan terlupakan dengan mudah dan ia ingin membuat memori baru dengan Mingyu.

mingyu alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang