Chapter 15

308 7 3
                                    

Hii all aing kambekk

Jangan lupa vote & komen yaa

HAPPY READING
.
.
.
.

Kangen mama

"Cia, lo kenapa?" Aksa menangkup kedua pipi Alicia agar menghadap ke arah nya.

"Kenapa nangis, hm?"

Melihat Aksa yang berada di hadapannya membuat tangis Alicia semakin pecah. Dada nya terasa sesak sedari tadi, air mata nya tak terbendung lagi. Aksa hanya bisa terdiam dan menarik Alicia ke dalam pelukan nya. Untuk beberapa saat mereka terdiam dengan posisi masing-masing. Aksa membelai lembut rambut panjang Alicia yang tergerai.

Setelah tangis nya mereda Alicia melepaskan pelukan mereka. Seragam Aksa di bagian dada basah karena tangisannya. Tapi Aksa tidak perduli, Aksa kembali menatap kedua mata Alicia bergantian, menghapus sisa air mata nya dan merapikan beberapa helai rambut Alicia yang menutupi pipi.

Tidak ada pertanyaan apa pun yang keluar dari mulut Aksa. Dia setia menunggu sampai Alicia siap untuk bercerita.

Alicia menundukkan wajahnya, masih terdengar sesekali suara sesenggukan. Ia terdiam sambil memainkan jemarinya.

"Lo tau nggak kenapa gue nangis?" akhirnya Alicia menegakkan wajah nya dan menatap Aksa.

Aksa hanya menggeleng dan menyelipkan rambut Alicia ke belakang telinganya lalu membelai lembut pipi Alicia.

"Tadi malam gue pengen nyamperin bokap gue. Pengen cerita. Ternyata dia ada di ruang kerja nya, terus waktu gue mau masuk gue denger papa lagi nangis, sambil meluk foto. Gue tau foto itu pasti foto nya mama, pasti dia lagi kangen sama mama. Tapi karena gak tahan liat papa sedih gitu, akhirnya gue pergi." Alicia berhenti sejenak, menarik nafas dan kembali bercerita.

"Ternyata selama ini gue udah salah tentang papa. Karena setelah kepergian mama, papa gak pernah keliatan sedih atau kehilangan. Dia selalu bersikap biasa aja di depan gue sama Darren. Papa juga selalu sibuk, lebih sering kerja keluar negeri atau keluar kota. Dulu gue sempet curiga papa punya pacar karena dia jarang banget di rumah. Tapi sekarang gue baru sadar, setelah lima tahun mama meninggal papa gak pernah bawa perempuan atau cerita tentang niat mau nikah, berarti dia gak pernah pacaran di luar sana, dia masih setia sama mama. Jujur gue gak tega liat papa sehancur itu, ternyata dia cuma berusaha tegar di depan anak-anaknya. Mungkin biar gue sama Darren gak ikutan sedih." Suara Alicia bergetar menahan tangis. Mata nya kembali berkaca-kaca.

Aksa tetap diam, setia mendengarkan curahan hati dari Alicia sambil menggenggam erat kedua tangan gadis itu.

"Tapi gue bersyukur tadi malam bisa liat papa langsung. Jadi gue bisa tau gimana keadaan papa yang sebenarnya." Sambung Alicia.

"Ke depan nya gue bakal lebih perhatian lagi ke papa, karena dunia nya sekarang cuma ada gue dan Darren. Gue bersyukur di kasi papa sehebat itu. Karena setelah mama meninggal dia nggak pernah ngeluh setiap pulang kerja, walaupun tampilan keliatan kusut dan capek banget. Papa juga gak pernah marah-marah ke gue sama Darren kalo kita buat salah, dia berusaha kasi nasehat yang bagus dan masuk akal. Dia juga kasi kita kebebasan mau ngelakuin apa pun, kata papa kami udah cukup dewasa buat berpikir sebelum melakukan sesuatu. He is the best father ever. Ya walaupun... gue kadang masih suka iri liat keluarga yang lengkap, kayak lo." Ujar Alicia.

"Lo bisa anggap nyokap gue jadi nyokap lo juga. Rumah gue terbuka lebar buat lo dan Darren kalo mau dateng, anytime." Aksa masih setia menatap Alicia.

"Justru karena lo punya nyokap sebaik tante Davira makanya gue iri sama lo." Ucap Alicia sambil sesenggukan.

"Makanya lo harus sering-sering dateng ke rumah, biar bisa bareng nyokap gue, plus ketemu gue juga." Aksa mengedipkan sebelah matanya.

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang