Aku tidak sanggup melihatnya, tapi rasanya mengalihkan kepalaku sangatlah sulit. Tubuhku masih kaku tak bergerak duduk di bangku hampir paling belakang.
"Maaf, Lucy. Aku tidak bisa" Akhirnya Eunsang angkat bicara setelah diam beberapa saat
Terlihat wajah Lucy yang kecewa dan menundukkan kepalanya.
Sejenak namun menegangkan, suasana kelas kembali heboh, teman teman menyoraki Eunsang yang keluar kelas begitu saja dan beberapa melemparinya dengan benda benda sekitar.
Aku diam seribu bahasa, bahasa batin pun tidak mampu kusampaikan.
Lucy, sahabat baikku sedang patah hati. Apa yang harus kulakukan?
Aku segera bangkit dan berlari menghampiri Lucy yang masih mematung di depan kelas.
"Tidak apa-apa Lucy, ada aku disini" Ucapku berusaha menenangkan sambil mengusap punggungnya
Kudengar ia menangis, bahunya bergetar Aku segera menariknya pergi dari kelas, supaya tidak jadi tontonan.
Duduklah kami di atas kursi panjang depan ruang UKS
"Aku sedih" ia mengucapkan 2 patah kata, masih dengan suara yang parau
"Tenanglah, aku selalu bersamamu" Kataku menepuk bahunya, ia tersenyum sendu
"Terimakasih, ayo kita beli makanan" Ia menatapku sebentar
"Ayo" kataku tersenyum lebar, berharap ia ikut tersenyum
Lucy menarik lenganku menuju minimarket sekolah dan kita membeli beberapa keripik, sampai tidak sadar kalau bel sudah bunyi 10 menit yang lalu
"Seperti biasa, berdiri di lapangan" Ucap guru Jang datar
Aku dan Lucy saling tatap dan tersenyum, lantas ia menarikku pergi keluar kelas sambil berlari kecil.
Tidak hanya menarikku ke lapangan, ia mendorongku masuk ke kolam renang sekolah, setelah itu aku gantian menarik kakinya masuk